SD Muara Kaman Bangun Pondok Baca dari Ban Mobil Bekas

0
1088

Penasatu.com, Kutai Kartanegara – Hari kemerdekaan bisa dirayakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menggerakan lebih jauh budaya baca yang sudah ada di sekolah, seperti dilakukan oleh SDN 008 Muara Kaman, Kutai Kartanegara (Kukar). Bergotong royong bersama dengan lebih 100 orang tua siswa, para pendidik di sekolah tersebut membangun dua pondok baca, taman dan pagar sekolah.

“Bertepatan dengan hari kemerdekaan, sekolah kami menjadi tempat rapat kelompok kerja kepala sekolah. Untuk menyambut mereka dan hari kemerdekaan 17 Agustus ini, pada awal Agustus kemarin, kami mendirikan dua pondok baca bersama dengan orang tua siswa,” ujar Murniati, Kepala Sekolah.

Uniknya pondok baca, taman dan pagar yang dibangun dibuat dari bahan yang murah yaitu dari ban mobil bekas. Bahan tersebut terutama untuk kursi dan mejanya, sedangkan atapnya dibuat dari daun palma.

Semua bahan untuk pembangunan pondok baca, taman dan pagar berasal dari orangtua siswa. Ban diambil dari dua bengkel yang ada di dekat sekolah milik orangtua siswa. Ban-ban itu gratis disumbangkan begitu saja oleh orang tua siswa.

“Semua pengeluaran dan pemasukan akan kami laporkan secara terbuka kepada orangtua.
Lalu bagaimana cara agar orangtua siswa mau tergerak membantu sekolah. Murniati membagikan kiatnya. “Saya sering berkomunikasi secara terbuka dengan komite tentang berbagai kebutuhan sekolah dan keterbatasan dana yang kami miliki. Setelah Pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation, sebagai bagian rencana tindak lanjut setelah pelatihan, saya juga berkonsultasi dengan komite untuk mendirikan pondok baca, taman dan pagar sekolah,” ujar Murniati.

Komite sangat sigap menanggapi usulan sekolah. Setelah diberitahu tentang keinginan membangun pondok baca, komite segera mengundang seluruh wali murid untuk rapat. Akhirnya wali murid dari kelas satu sampai kelas enam sepakat untuk bergotong royong membangun bersama.

Sekitar 30 Kepala sekolah yang ikut rapat K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) juga dipersilahkan untuk melihat dan bertanya tentang pondok baca, taman dan pagar yang dibangun. “Mereka banyak yang antusias bertanya tentang sumber dana membangun pondok baca ini. Karena murah, saya yakin mereka akan juga membangun pondok-pondok baca di sekolah masing-masing,” ujar Murniati bersemangat menyebarkan praktik baiknya.

Keperdulian komite dan orangtua siswa memang lumayan besar di sekolah ini. Ketua Komite, Teguh Wahyudi, bahkan secara sukarela menyumbangkan 50 benih kelapa sawit dan pupuknya untuk sekolah. Tanaman tersebut ditanam di tanah sekolah seluas 75 x 100 meter. “Hasilnya nanti untuk memenuhi berbagai kebutuhan sekolah yang tidak bisa hanya mengandalkan dana BOS, misalnya untuk tambahan gaji guru honorer,” ujar Murniati.

Bangkitnya peran serta masyarakat juga tak lepas dari peran pengawas sekolah Ponidi dan kepala UPT desa tersebut, Alpian. Selama rapat dengan orangtua wali murid, Ponidi memberikan kesadaran terhadap orangtua siswa tentang pentingnya membaca bagi siswa sehingga masyarakat mau bergerak. Kepala UPT sering datang ke sekolah memberikan masukan-masukan.

“Jadi kami didukung oleh banyak pihak. Tanpa keterlibatan banyak pihak, sekolah tidak akan bisa banyak mengalami kemajuan seperti sekarang,” pungkasnya.*

Wartawan: Riel Bagas
Editor: BS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here