Oleh, Alvitus Minggu, S.I.P, M.Si
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Hubungan Internasional dan Ilmu Politik Unuversitas Kristen Indonesia (UKI) dan Universitas Bung Karno Jakarta.
Penasatu.com-Manggarai Barat.NTT– Di depan mata kita telah hadir 4 paket bakal calon bupati Mabar yang siap untuk ikut bertanding tepatnya pada tanggal 9 Desember tahun 2020. Pilkada tersebut akan mengikuti 4 paket yaitu Pantas-Rizki, Misi, Edi-Weng dan Andri-Gapul. Pantas-Riski didukung oleh tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, PPP dan PKS.Sedangkan paket Misi didukung oleh 4 partai politik yaitu PDIP, Perindo, Gerindra dan PKB. Sedangkan paket Edi-Weng didukung oleh 4 partai politik yaitu Nasdem, Golkar PKPI dan PBB.
Sedangkan paket Andri -Gapul didukung oleh 2 partai politik yaitu Hanura dan PAN. Dua diantaranya merupakan pemain lama, yaitu Ferdi Pantas dan Maria Geong.
Keduanya pernah bertemu pada moment yang sama yaitu pada pilkada tahun 2015. Ketika itu, Ferdi Pantas berpasangan dengan Almarhum Yohanes Dionisius Hapan. Sedangkan Maria Geong maju sebagai calon wakil Bupati Gusti Dula. Meskipun pada akhirnya pilkada tahun 2015 dimenangkan oleh Gusti Dula- Maria Geong. Sedangkan 6 tokoh lain yaitu Edi Endi, dr Weng, Andri Garu, Anggalinus Gapul, Sil syukur dan Riski merupakan wajah baru dalam kanca politik pilkada Mabar.
Di kala itu, Ferdi Pantas tahun 2015 berpasangan dengan Almarhum Yohanes Hapan merupakan calon dari jalur independen mampu menenpatkan urutan kedua setelah paket Gusti Dula-maria Geong. Paket Pantas-Hapan dengan memperoleh suara relatif cukup signifikan yaitu menempati suara terbesar kedua 24.745. Sedangkan Agustinus Ch.Dula & Maria Geong yang mendapat suara terbanyak dengan total suara dari 10 kecamatan 29.358 suara.
Dilihat dari komposisi perolehan suara tersebut paket Ferdi pantas- Yohanes Hapan Versus paket Gusti Dula-Maria geong relati, perbedaan cuman 4.613 suara.
Biasanya dalam sebuah pertandingan sepak bola pemain lama lebih menonjol dari pada pemain baru karena mereka sudah menguasai lapangan sepak bola sehingga mereka tidak perlu lagi butuh adaptasi dibandingkan dengan pemain baru.
Demikian pun dalam sebuah pertandingan politik pemain lama lebih menonjol dari pada pemain baru karena masih butuh adaptasi politik sehingga dalam konteks itu, Ferdi Pantas Versus Maria Geong merupakan bukan tokoh yang asing dalam kancah politik Mabar. Ferdi Pantas sudah dua kali ikut pilkada sedangkan Maria Geong sudah satu kali ikut pilkada Mabar.
Secara realitas politik, kedua tokoh tersebut relatif lebih populer di pasar politik pilkada Mabar jika dibandingkan dengan beberapa tokoh lain. Kelebihan Ferdi Pantas selama dua kali bertanding yaitu pilkada 2005 dan 2015 tingkat keterpilhan publik terhadap dirinya relatif masih stabil. Hal ini menunjukan selama dua kali ikut pilkada Mabar perolehan suaranya tidak pernah turun dari 20.000 suara. Itu artinya tingkat kepercayaan publik terhadap tokoh seperti Ferdi pantas masih tinggi.
Sebuah situasi politik yang sangat fenomenal di kala itu. Bisa saja ini menjadi nilai tambah bagi Ferdi Pantas dalam mengikuti pilkada tahun 2020. Beliau adalah tokoh senior baik dalam dunia birokrasi maupun dalam kanca politik Mabar. Beliau sebelum pensiun dari Aparat Sipil Negara (ASN) sempat mengelola 4 lembaga yaitu dinas Pariwisata, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan dan Asisten 1 zaman Bupati Kristian Rotok. Atas dasar pengalaman itu maka ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati pada periode sebelumnya yaitu periode 2005 dan 2015 meskipun pada akhirnya selalu kalah dalam pertarungan. Namun tidak pernah merasa kecewa, putus asa, dan rasa dendam dengan siapapun bahkan ditengah mengalami situasi tersebut semangat untuk merebut kuasa di Mabar terus berkibar melalui kecerdasan intelektualnya mendorong untuk menjadi pemimpin politik demi mewujudkan kesejahteran masyarakat Mabar.
Maria Geong juga bukan tokoh yang dianggap asing dalam kanca politik pilkada Mabar karena beliau pernah terlibat sebagai kontestasi pada pilkada tahun 2015 menjadi wakil Bupati Gusti Dula. Beliau adalah latar belakang akademisi pasti memiliki sejumlah prestasi akademik maupun dalam dunia birokrasi yang mumpuni. Pada saat ini beliau masih menjabat wakil Bupati Gusti Dula yang sebentar lagi akan demisioner.
Kepopuleran Ferdi Pantas dan Maria Geong dalam percaturan politik pilkada Mabar sebagaimana telah diuaraikan di atas, menunjukkan bahwa secara visual politik, pertarungan pilkada 2020 sesungguhnya adalalah hanya dua paket yaitu paket Pantas-Rizki dan paket Misi. Dua paket itu mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan pertarungan pilkada Mabar tahun 2020.
Sedangkan paket lain sebagai penyemarak demokrasi belaka atau sebagai kompetiter politik.
Kalau bicara basis justru paket Andri-Gapul tidak memiliki basis yang jelas. Perlu diketahui bahwa Andri Garu bukan termasuk tokoh Lokal. Dia adalah termasuk politisi senayan yang pernah menjadi anggota DPD mewakili dapil NTT.
Namun cara berpikirnya tidak berbanding lurus persepsi masyarakat lokal dengan apa yang dipikirkan dalam benak Andri Garu maupun pendukung-pendukungnya. Apa lagi Andri Garu Bukan DNA manggarai Barat sehingga sedikitpun tidak memiliki rasa ikatan emosional oleh Masyarakat Manggarai Barat terhadap dirinya merupakan menjadi tantangan besar bagi dirinya dalam menghadapi pilkada 2020 yang justru akan berpengaruh besar terhadap perolehan suara yang dia dapatkan pada pilkada mendatang. Demikian juga soal kepopuleran paket Edi-Weng selama ini bukan karena berbasis rasionalitas politik tetapi lebih didasarkan pada kepopuleran yang masih ada sangkut paut dengan status hukum Edi Endi yang selama ini terus menjadi bahan perdebatan oleh masyarakat maupun kelompok sosial lainya.
Di tambah dengan isu lain bahwa di belakang paket Edi-Weng ada sederet kalas pemodal yang ikut membantu Edi-Weng dalam memenangkan pertarungan pilkada. Seolah-olah hanya paket ini saja yang cukup diperhitungkan oleh masyarakat manggarai Barat dalam menghadapi pilkada tahun 2020. Tanpa disadari kepepuleran karena kasus hukum justru akan menjadi bumerang bagi paket Edi-Weng yang akan berdampak akan mengalami krisis kepercayaan publik bahkan akan kehilangan legitimasi pada pilkada Mabar 2020.
Selanjutnya Sil syukur, Edi Endi, Andri Garu, Hj Andi Riski Nur Cahya merupakan latar belakang politisi dan memiliki sejumlah prestasi yang mumpuni. Sedangkan tokoh yang lain seperti dr Weng dan Anggalinus Gapul latar belakang birokrat, pasti saja memiliki sejumlah prestasi dalam dunia birokrasi yang mumpuni. Pada prinsipnya 4 paket bakal calon bupati yang maju dalam pilkada Mabar mempunyai visi-misi yang sama yaitu bagaimana memajukan masyarakat Mabar 5 tahun mendatang dalam berbagai perspektif yaitu ekonomi, politik, hukum dan sosial budaya. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan politik mempunyai hak untuk menilai kira-kira siapa yang pantas diantara empat bakal calon Bupati untuk menjadi memimpin politik masyarakat Mabar. Mereka merupakan putra dan putri terbaik bagi masyarakat manggarai Barat.
Pilkada kali ini sangat berbeda dengan pilkada sebelumnya. Partai Golkar tidak ambil bagian dalam kanca politik pilkada Mabar.
Berbagai asumsi yang muncul Partai Golkar tidak mendorong kader untuk mencalonkan diri sebagai calon Bupati pada pilkada Mabar bisa saja ada pertimbangan faktor ideologis. Dalam sejarah pilkada Mabar, partai Golkar tidak pernah absen. Namun pilkada kali ini justru memilih hengkang dari perhelatan politik. Apakah ini suatu tanda bahwa saat ini partai Golkar sedang mengalami krisis kader sehingga tidak berani memunculkan kedar sendiri untuk mencalonkan diri sebagai calon Bupati dalam pilkada Mabar. Ataukah tindakan partai Golkar sebagai bentuk ketidak kesukaan terhadap figur seperti Mateus Hamsi yang selama ini selalu menjadi kandiat Bupati dalam setiap pilkada Mabar. Toh pada akhirnya selalu gagal dalam pertarungan.
Atau lebih pada pertimbangan yang condong pragmatis dan transaksional. Sikap ketidaksukaan partai Golkar terhadap Mateus Hamsi terlihat ketika pada prediksi awal partai Golkar dan PKB mencalonkan Mataus Hamsi dan Tobias wanus sebagai bakal calon bupati Pikada Mabar. Apa lagi sempat tersanter isu bahwa partai ini telah dibeli oleh paket Mateus Hamsi dan Tobias Wanus. Namun dalam perjalanan waktu pas menit-menit terakhir menjelang pendaftaran di KPU tiba-tiba Partai Golkar jatuh ke tangan paket Edi-Weng. Sedangkan PKB jatuh ke tangan paket Maria Geong sehingga praktis paket Misi melebihi 2 kursi karena pada waktu itu paket misi masih ada kekurangan I kursi.
Sedangkan paket Edi-Weng sudah mendapat 6 kursi bahkan lebih 1 kursi. Di tambah dengan bergabungnya partai Golkar 3 kursi sehingga jumlahnya 10 kursi untuk paket-Edi-Weng. Telah melampaui ketentuan Undang-Undang yang hanya butuh 6 kursi setiap pemcalonan. Seharusnya dengan skema ini paket Edi-Weng tidak perlu dia mengambil Partai Golkar. Biarkan saja paket Mataus Hamsi dan Tobias Wanus ikut bertanding dalam pilkada Mabar. Namun filing politik paket Edi-Weng berkehendak lain, akhirnya tetap saja mencaplok partai golkar membiarkan jatuh ke tangannya sehingga terkesan partai Golkar kalah sebelum bertanding. Paket Endi-Weng mencaplok partai Golkar penuh dengan syarat politis.
Tujuannya adalah ingin menghengkang Paket Mateus Hamsi dan Tobias Wanus dari perhelatan politik dalam pilkada Mabar. Situasi demikian terjadi justri memberi keuntungan bagi paket Misi sehingga memberi peluang untuk ikut dalam perhelatan politik dalam pilkada Mabar. Sisi lain dengan meyodorkan paket Misi untuk ikut dalam perhelatan politik pilkada Mabar secara tidak langsung ingin memporak-porandakan basis Paket Pantas-Rizki di dapil 2 karena dianggap merupakan lawan politik yang tangguh bagi Edi-Weng selain Paket Misi.
Dibalik sekenario ini justru menimbulkan preseden buruk terhadap paket Edi-Weng bahkan menimbulkan rasa dendam yang berkepanjangan oleh paket Mataus Hamsi dan Tobias Wanus serta sebagai upaya membunuh karakter politik kedua tokoh itu sehingga menyebabkan Mateus dan Tobias Wanus akan kehilangan moment penting. Para pendukungnya pun menjadi frustasi politik karena orang yang mereka jagokan hekang dari perhelatan politik pilkada 2020. Secara politik, keputusan partai Golkar hengkang dari perhelatan politik pilkda mabar justru menimbulkan preseden buruk karena para pendukung Mataus Hamsi merasa kecewa dengan DPP partai Golkar membiarkan partai Golkar dicaplok paket lain bahkan bisa terjadi degredasi terhadap perolehan suara partai Golakar pada pileg 2025.
Seharusnya partai besar seperti golkar jangan memperhitungkan soal kala menangnya tetapi bagaimana partai ini tetap menjadi eksis ikut bertanding meskipun pada akhirnya kalah namun partai Golkar tidak kehilangan muka sebagai partai besar. Hemat penulis, keikutsertaan partai Golkar dalam perhelatan politik pilkda Mabar setidaknya merupakan sebagai upaya untuk menjaga derajad politik partai Golkar secara berkesinambungan. Sebagai partai besar semestinya bisa memberi teladan bagi partai lain untuk ikut mewarnai politik dalam setiap pilkada itu berlangsung.
Dengan hengkangnya partai Golkar dari percaturan politik pilkada Mabar dengan menerima segala konsekuensi logis justru dapat menguntungkan paket tertentu yaitu paket pantas- riszki. Hal ini menunjukan paket Mataus Hamsi dan Tobias Wanus secara resmi telah bergabung dengan paket Pantas-Rizki dan dibuktikan dengan kontrak politik di atas meterai. Dengan demikian paket Mateus dan tobias Wanus ikut ambil bagian untuk memenangkan paket pantas-Riski pada pilkada mabar. Mateus Hamsi merupakan politisi senior dan menjadi representasi politik wilayah kempo.
Demikian halnya Tobias Wanus merupakan politisi senior di Manggarai Barat dan menjadi representasi politik PKB wilayah Lembor. Kehadiran kedua tokoh itu dilingkaran paket Pantas-Rizki dapat menguntungkan kepentingan politik paket Pantas-Rizki. Harapanya bisa mendongkrak perolehan suara di Kempo dan Lembor. Bergabungnya Mateus dan Tobias Wanus di paket Pantas-Rizki tujuanya adalah total untuk memenagkan paket Pantas-Rizki dalam pertarungan pilkada Mabar bahkan kalau bisa targetnya paket Edi-Weng di wilayah Kempo dan lembor tidak mendapatkan suara secara signifikan karena mereka sudah terlanjur sakit hati akibat partai Golkar dicapolk oleh paket Edi-Weng sehingga menyebabkan paket Mataeus Hamsi dan Tobias wanus hengakang dari percaturan politik pilkada Mabar.
Sebagai rekomendasi, penulis berharap agar pilkada manggarai Barat dapat dijalankan sebagaimana mestinya serta mendorong pemimpin yang memiliki nilai integritas, transparnsi, kapasitas, kapabelitas dan memiliki kemampuan tata kelola pemerintahan daerah. Mengingat secara geo politik, Manggarai barat sangat berbeda dengan kabupaten lain sedaratan Flores karena memiliki posisi tawar yang tinggi dalam berbagai perspektif sosial.
Maka konsekuensinya Mabar mempunyai pemimpin yang kuat dan sangat prinsipil sehingga tidak mudah didikte oleh pihak manapun termasuk pemerintah pusat. Apa lagi oleh kelas pemodal baik pusat maupun daerah yang orientasinya hanya semata-mata meraub kepentingan bisnis tanpa memikirkan nasib masyarakat lokal. Tetap mengedankan berpolitik santun dan bernartabat tanpa harus mengorbankan kepentingan politik satu sama lain.*
Penulis : Alfonsius Andi.
Editor : pensatu.xom