“Regina dan Fransiskus” Menoreh Prestasi di Tengah Pandemi Covid-19

0
516

oleh, Bernardus T. Beding, Dosen Prodi PBSI Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

NTT, PENASATU.COM – Situasi pandemi covid-19 tidak mengurung para siswa untuk terus belajar, berjuang, dan menggapai prestasi. Walaupun Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mendapat stigma sebagai provinsi yang tingkat pendidikan masih rendah, namun muncul beberapa berita yang menggembirakan. Para siswa SMAS Katolik Regina Pacis meraih lima besar sebagai finalis research paper tingkat nasional dalam ajang kompetisi Business Challenge, kuis, debat, dan research paper yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Selain itu, SMAS Katolik Regina Pacis memperoleh tujuh prestasi bidang literasi sekolah dari Gerakan Menulis Buku (GMB) Indonesia dan Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) Nasional berupa penghargaan, yakni (1) SMAS Katolik Regina Pacis mendapat piagam sebagai sekolah aktif literasi, (2) Kepala Sekolah SMAS Katolik Regina Pacis mendapat piagam sebagai kepala sekolah berprestasi di bidang literasi, (3) Penghargaan terhadap seorang guru sebagai guru aktif literasi, (4) seorang guru mendapat penghargaan sebagai pembina literasi sekolah, (5) Seorang siswi mendapat piagam penghargaan juara satu kepenulisan puisi, (6) seorang siswi mendapat piagam penghargaan juara dua kepenulisan puisi, dan (7) seorang siswa mendapat piagam penghargaan juara tiga kepenulisan puisi (SKM Ekora, Edisi 21 Tahun 2021: 14).

Sementara itu, melalui laman Facebook, SMAK Fransiskus Saverius Ruteng memberi apresiasi terhadap seorang siswanya  yang tampil memukau di ajang Kompetisi Sains Indonesia (KSI) POSI Tahun 2021 bidang Bahasa Inggris tingkat nasional. Tentu, bukan saja “Regina Pacis” dan “Fransiskus Saverius” yang menoreh prestasi, tetapi juga sahabat-sahabat mereka, seperti “Pius”, “Thomas”, “Arnoldus,” “Yohanes Paulus”, dan masih banyak sekolah asuhan yayasan mulai dari bagian barat sampai timur Flores yang menoreh banyak prestasi. Tidak ketinggalan juga sekolah-sekolah asuhan negeri yang menorah prestasi. Seperti di ujung Flores Timur, terdengar gemah suara siswa SMPN 3 Wulanggitang yang mampu menjadi yang terbaik dalam lomba pidato tingkat SMP/MTs se-Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Prestasi yang dicapai ini patut diapresiasi karena tidak hanya mengharumkan nama sekolah, tetapi juga kabupaten, wilayah Flores, bahkan NTT pada umumnya. Prestasi itu tidak hanya merupakan hasil usaha atau kecakapan para siswa itu sendiri, tetapi berkat kerja sama dan kerja keras dari semua pihak terkait, baik guru, komite, yayasan, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya.

Pesan yang disampaikan Kepala SMAS Regina Pacis sangat menarik. Literasi merupakan proses belajar yang tak pernah selesai. Artinya, penghargaan literasi sekolah menjadi awal untuk proses panjang literasi itu sendiri. Karena itu, peserta didik diajak untuk tetap rendah hati, memiliki kepekaan sosial, dan selalu mengandalkan Tuhan. Tentu, ungkapan yang senada datang dari Kepala SMAK Fransiskus Saverius Ruteng. Artinya bahwa sekolah dan yayasan merasa bangga atas prestasi yang diraih para siswa, tetapi di lain sisi anggota Keluarga Besar “Regina” dan “Fransiskus” harus bersikap rendah hati dan tidak sombong.

Hal yang paling penting bukan soal prestasi yang bersifat sementara dan mudah rusak, tetapi lebih dari itu para siswa diminta untuk berjuang mengumpulkan kebajikan-kebajikan atau sifat-sifat yang baik dan nilai-nilai pendidikan yang luhur. Duta-duta sekolah mesti melengkapi prestasi akademis dengan karakter dan budi pekerti yang luhur. Dengan demikian, visi dan misi sekolah dapat terealisasi secara konkret.

Harapan untuk unggul dalam ilmu pengetahuan, iman, dan karakter merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintahan Jokowi saat ini melalui merdeka belajar dan kampus merdeka. Untuk menjadi siswa yang baik tidak hanya diukur dari nilai akademis, tetapi lebih daripada itu karakter dan kepribadian anak-anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan nilai-nilai Pancasila. Di tengah terpuruknya situasi bangsa dan negara Indonesia karena lunturnya nilai-nilai luhur Pancasila dan hadangan pandemi covid-19, pendidikan karakter bagi para siswa sejak usia dini sangat penting. Orientasi pendidikan hendaknya tidak hanya berkiblat pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas peserta didik.

Pepatah Bahasa Latin berbunyi, “Non scholae sed vitae discimus” yang berarti kita belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup harus menjadi pegangan setiap lembaga-lembaga pendidikan. Para siswa yang memiliki nilai yang baik di sekolah, belum tentu memiliki moral dan etika yang baik. Karena itu, para siswa dituntut untuk memiliki tiga kecakapan, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).

Tentu, prestasi yang diraih SMAS Regina Pacis dan SMAK Fransiskus Saverius Ruteng itu merupakan hasil perjuangan dan pengorbanan dari banyak pihak, baik sekolah, guru, yayasan, komite dan orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya. Karena itu, untuk meningkatkan prestasi itu, para guru dan pemangku kepentingan terkait lainnya mesti bekerja sama dan bersinergi agar lembaga pendidikan bisa menjadi obor dan teladan bagi sekolah-sekolah lain di tengah wabah pandemi covid-19 ini.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here