Sidak, rombongan komisi III DPRD Provinsi Kaltim yang dipimpin Hasanuddin Mas’ud (kiri) saat berada di Perumahan Panji di jalan Proklamasi, Manggar Baltim.
PENASATU.COM, BALIKPAPAN – Pengerjaan proyek jalan bebas hambatan (Tol) Balikpapan – Samarinda (Balsam) berdampak rusaknya sejumlah rumah warga, sehingga
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan Inspeksi mendadak (Sidak) ke
Perumahan Intan Griya, Jln Proklamasi di lingkungan Rukun Tetangga (RT) 34 dan RT 63 atau yang lebih dikenal Perumahan Panji, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur (Baltim), Selasa (21/7/2020).
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Kaltim Hasanuddin Mas’ud yang turun langsung didampingi anggota Komisi III lainnya yakni Ir Adam, H Baba, Andi Harahap, Edy Sunardi.
Sedangkan dari DPRD Balikpapan, nampak hadir Ketua Komisi III Alwi Al Qadri, Ali Munsjir Halim, H Danang Eko, Amin Hidayat serta sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan yang dihadiri Sekretaris Rafiuddin, Kabid Drainase Rita, Kepala Dinas (Kadis) Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) I Ketut Rasna, Camat Baltim Priyono, Lurah Manggar Dedi Prasetia dan LPM Manggar Ghasali.
Sidak dilakukan karena adanya laporan yang masuk hingga ke provinsi, terkait banjir yang diakibatkan dari dampak pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) yang jaraknya sangat dekat dengan kawasan perumahan tersebut.
“Ada sebanyak lima RT yang merasakan dampak banjir akibat pembangunan jalan Tol Balsam, yang mengakibatkan kerusakan baik barang-barang rumah tangga, hingga kerusakan pada bangunan rumah,” jelas Hasanuddin.
Hasanuddin mengungkapkan ada perbedaan plan sejak awal pengerjaan, sehingga setelah empat tahun berjalan dampaknya baru mulai terasa.
Komisi III nantinya akan mencoba memanggil pelaksana jalan Tol Balsam, Kontraktor dan masyarakat untuk duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Saat ini Komisi III hanya berusaha untuk mencarikan solusi permasalahan yang dirasakan warga, karena dampaknya sangat luas mencapai lima RT.
“Dulunya memang ada banjir disini, namun hanya sebatas mata kaki, namun sejak ada pembangunan jalan tol, volume banjir menjadi bertambah hingg lutut orang dewasa,” ungkap seorang warga.
Menurut warga tersebut, banjir kerap terjadi setiap hujan turun, sehingga banyak barang-barang rumah mengalami kerusakan. Padahal pihak kontraktor sendiri pernah berjanji akan mengganti kerusakan barang-barang yang diakibatkan banjir, namun hingga saat ini belum terealisasi.
Warga juga mengeluhkan belum selesainya pembangunan Bendungan Pengendali (Bendali) yang sudah berjalan hampir lima tahun.
Padahal bendali tersebut diharapkan mampu menampung air saat hujan turun, sehingga air tidak lagi menggenangi perumahan warga.
Alwi Al Qadri menambahkan, bahwa Komisi III sudah pernah memanggil pihak kontraktor bersama warga untuk membahas keluhan warga akibat banjir.
“Pihak kontraktor berjanji akan memperbaiki rumah warga yang mengalami kerusakan,” tegas Alwi.
“Memang ada delapan rumah yang rusak akibat dari pengerjaan proyek tol Balsam,” ujar Dahlan selaku Satuan Kerja (Satker) kontraktor yang menangani proyek Tol tersebut.
“Hingga saat ini memang baru dua unit rumah yang diperbaiki, sedangkan sisanya akan dikerjakan secara bertahap,” tutur Dahlan.
Dahlan juga menjelaskan terkait belum selesainya bendali yang dikerjakan, mengingat masih terkendala masalah lahan yang hingga saat ini belum dibebaskan, karena lahan tersebut mengalami masalah, yakni adanya tumpang tindih kepemilikan.
Sehingga pengerjaan bendali terhambat dan belum rampung hingga sekarang, akan tetapi Dahlan memastikan proses pembebasan lahan akan segera dirampungkan.
“Karena prosesnya di Badan Pertanahan Nasional (PBN) hanya tinggal menunggu waktu saja. Mudah-mudahan dalam waktu dekat masalah pembebasan lahan bisa segera diselesaikan, dan pengerjaan bendali dapat dilanjutkan,” tegasnya.*
Wartawan: Riel Bagas
Editor: HTBS/penasatu.com