Penumpukan material oleh kontraktor DAS Ampal dengan mamakan badan jalan.
Balikpapan, Penasatu.com – Pengerjaan Pembangunan daerah aliran sungai (DAS) Ampal yang digadang gadang pemerintah kota Balikpapan untuk meminimalisir Banjir yang terjadi di kota Balikpapan, khususnya di sepanjang Jalan MT Haryono , kelurahan Damai Baru dan Damai Bahagia serta Sungainangka kecamatan Balikpapan Selatan dengan menggelontorkan dana sekurangnya 136 miliar rupiah menjadi sorotan masyarakat.
Pasalnya, pengerjaan proyek Multiyears yang dikerjakan PT Fahreza Duta Perkasa (FDP) yang di biayai oleh APBD kota Balikpapan kurang profesional, karena diduga tidak mempunyai planing kerja yang baik.
Ini terlihat dari cara kerja yang ditunjukan PT FDP selaku pemenang tender proyek ini yang menyebabkan sejumlah warga pemilik usaha dan lahan mengaku dirugikan lantaran pembongkaran jembatan dan drainase persis di depan tempat usaha mereka yang dilakukan sejak bulan Januari 2023 lalu masih belum ada proses kelanjutannya.
Untuk diketahui, proyek pengerjaan DAS Ampal yang di kerjakan oleh PT FDP adalah proyek untuk aliran air itu terdapat di 6 titik yang salah satunya pelebaran drainase di kawasan Jalan MT Haryono depan Bank CIMB Niaga sampai Simpang 3 Beler.
Keluhan datang bukan hanya dari pelaku usaha di kawasan itu saja tapi juga dari masyarakat pengguna kendaraan yang terdampak kemacetan saat melewati sepanjang MT Haryono tersebut.
Keluhan itu dikarenakan adanya penumpukan bahan bahan proyek dan kendaraan besar yang ditempatkan kontraktor di sepanjang badan jalan tersebut, selain menimbulkan kemacetan saat jam sibuk juga dikareanakan tanpa garis pengaman atau tanda tanda yang bisa membahayakan pengguna kendaraan bermotor saat melintas.
Dimana sampai saat ini belum ada teguran dan upaya dinas terkait untuk menegur guna memindahkan bahan bahan tersebut dari badan jalan dikarenakan belum tau sampai kapan material tersebut dipasang.
Seperti diungkapkan salah satu masyarakat saat ditemui media ini sedang berbelanja di toko yang ada di sepanjang jalan yang saat ini banyak ditumpuki bahan bahan proyek dan mobil besar yang diletakkan dan memakan badan jalan sehingga menyebabkan kemacetan.
Heran aja, kenapa material diletakkan di badan jalan tapi tidak ditegur untuk dipindahkan, ujar Hadi pelanggan spare part yang belanja di Toko Pelita, Kamis (3/2/2023).
“Repot sekarang kalo mau belanja, selain harus memutar cukup jauh karena untuk memutar jalanya ditutup. dan akibat ini jalan juga sangat macet, apalagi saat jam jam sibuk ( waktu pagi saat berangkat dan pulang kerja di sore hari,red),” imbuhnya.
Sementara pemilik usaha di kawasan tersebut juga kebingungan karena tidak ada kejelasan kapan sebenarnya parit yang dibongkar itu dikerjakan, sehingga tidak amburadul seperti sekarang ini.
Seperti diungkapkan Pimpinan Rumah makan Ayam Wong Solo yang setelah dibongkarnya parit dan jembatan, kini omset usahanya menjadi turun.
” Karena selain jalan masuk yang dibongkar, pelanggan mereka banyak yang mengeluh akibat proyek tersebut. Dimana untuk menuju ke tempat usahanya sekarang ini agak macet,’ terangnya saat dikonfirmasi setelah sebelumnya, Alfian salah satu koordinator para pengusaha dikawasan tersebut mendatangi Gedung Dewan untuk meminta RDP dengan kontraktor dan instansi terkait.
Seperti diketahui sebelumnya, pihak MS Glow, pengusaha kecantikan di kawasan tersebut telah memasang spanduk kekecewaan kepada kontraktor (PT FDP) karena tidak adanya kejelasan kapan jembatan dan parit segera dikerjakan. Bahkan ada informasi akibat pembongkaran parit tersebut bangunan MS Glow ada yang mengalami keretakan.
“Kami menyayangkan kinerja dari kontraktor yang tidak semestinya. Padahal kami sangat mendukung dan bersedia mengikuti arahan pemerintah kota Balikpapan dengan mengijinkan pembongkaran jembatan dan pelebaran parit tersebut dengan mengorbankan tempat parkir dan papan nama serta pagar kami tanpa ganti rugi,” jelasnya.
Namun akibat kinerja dari kontraktornya yang tidak profesional semua jadi amburadul dan kami yang mengalami kerugian, ujarnya sedih.(eds)