Oleh: Ahmad Jailani, Ketua Balikpapan Jazz Lovers.
Penastu.com, Balikpapan– Perkembangan dan kemajuan musik jazz di Indonesia tidak bisa lepas dari kiprah komunitas-komunitas jazz yang ada di seluruh Indonesia. Dari sinilah terkadang muncul musisi-musisi jazz yang namanya sudah melambung dinasional bahkan internasional.
Tidak bisa dipungkiri komunitas jazz punya peranan yang sangat penting, karena dari sini dapat melahirkan talenta-talenta yang bagus dan mampu mengukir sejarah jazz di bumi nusantara ini.
Baru-baru ini, tepatnya empat bulan lalu Komunitas Jazz Seluruh Indonesia mengikrarkan diri membentuk Komunitas Jazz Indonesia (KJI), sampai saat sekarang ini KJI sudah beranggotakan sebanyak 44 komunitas jazz dari seluruh Indonesia. Diantaranya:
Komunitas Jazz Kemayoran Jakarta, Fusion Jazz Community Surabaya, Palembang Jazz Cummunity, Kopi Jazz Kediri, Rompok Bolong Malang, Komunitas Jazz Lampung, Jazz Ngisoringin Semarang, Balikpapan Jazz Lovers, Batam Jazz Society, Surabaya All Stars, Etawa Jazz Jogya, Komunitas Jazz Jombang, Jazztilan Ponorogo, Bojazznegoro, Nggedabruzz Jazz Surabaya, Solo Jazz Society, Komunitas Jazz Pekalongan, Jazz Chics Jakarta, Jazz Tulungagung, Jazz Bono Pekanbaru, Jazz Mben Senen Yogya, Komunitas Jazz Blitar, Komunitas Jazz Trenggalek, Sidoarjo Jazz Community, Mahakam Jazz Rivers Samarinda, Ngalam Jazz Malang, Klab Jazz Bandung, Underground Jazz Movement Bali, Komunitas Jazz Pontianak, Berau Jazz Community Kaltim, Pilipe Solo Jazz Activity, Kanaq Ngejazz Lombok, Komunitas Jazz UI Jakarta, Kom Jazz Madiun, Makasar Jazz Society, Jazz Gubug Poci Tegal, Tangga Arung Jazz Tenggarong, Badal Jazz Club Bontang, Kom Jazz Banyuwangi, Bekasi Jazz Society, Kobel Jazz Pekanbaru, C26 Jazz Club Surabaya, Padang Jazz Synthetic, Jazz Centrum Surabaya.
Setelah pada November 2018 tadi, Komunitas Jazz Indonesia (KJI) mengadakan pertemuan silaturrahmi yang diadakan di Omah Potorono, Yogyakarta sebelum mengikuti Ngayogjazz, bersepakat membuat event dari komunitas untuk komunitas yang nantinya akan diadakan oleh dibeberapa kota di seluruh Indonesia. Untuk yang pertama kalinya KJI menggelar sebuah event yang bertajuk “Cabe Jazz Blitar” digelar pada Jumat, 28 Desember 2018 dari pukul 14.00-24.00 lalu, di De Koloniale Resto & Coffe Jl, Tanjung 54 Blitar.
Event ini walau tidak diikuti oleh semua anggota dari KJI, namun ini sebuah langkah yang sangat bagus dan bermanfaat untuk meningkatkan persatuan antar komunitas se-nusantara, juga untuk lebih merangsang bibit-bibit baru untuk berkiprah di bidang musik jazz. Acara ini sengaja digelar bulan Desember ini, agar tidak berbenturan dengan agenda event jazz yang sangat padat di beberapa daerah. Suguhan yang mengambil tema “Hurub Membangun Jazz”, terinspirasi dari semboyan Hurub Hambangun Praja milik Pemerintah Kabupaten Blitar. Translatenya ke bahasa Indonesia adalah Hurub dalam istilah.
Acara ini sengaja digelar bulan Desember ini, agar tidak berbenturan dengan agenda event jazz yang sangat padat di beberapa daerah. Suguhan yang mengambil tema “Hurub Membangun Jazz”, terinspirasi dari semboyan Hurub Hambangun Praja milik Pemerintah Kabupaten Blitar. Translatenya ke bahasa Indonesia adalah Hurub dalam istilah Jawa urub (membara), Hambangun atau istalah jawa Ambangun (membangun), dan Praja mempunyai arti kerajaan (negara), jika dipadukan menjadi “Semangat Membangun Negeri”. Komunitas Cabe Jazz kepanjangan Cah Blitar ngejazz ingin membawa pesan bahwa Blitar juga bersemangat dalam musik jazz tanah air melalui kearifan lokaknya. Event ini diharapkan mampu menggelorakan semangat anak muda, untuk selalu berkarya dan melakukan hal yang positif dalam kontek bermusik.
Acara ini akan menampilkan Peka Jazz Indonesia (Perkumpulan Komunitas Jazz se-Indonesia), diantaranya Etawa Jazz Yogya, Jazz Ngisoringin Semarang, Kopi Jazz Kediri, Sax Quartet Malang, Komunitas Jazz Malang, Stunner Malang, Trio Bass Blitar, Resurge Blitar, Komunitas Darah Biru Blitar, Komunitas Jazz Jombang, Komunitas Jazz Tulungagung, Komunitas Jazz Kemayoran Jakarta, Jazztilan Ponorogo, Bojasnegroro Bojonegoro, dan spesial performance dari Komunitas Jazz Indonesia (KJi) Yohanes Gondo Trio.
Penulis berharap dengan semakin akrabnya komunitas-komunitas jazz di Indonesia akan berimplikasikan semakin eratnya kebersamaan untuk membangun musik jazz secara bersama-sama di seluruh negeri, sehingga jazz menjadi lebih familiar dan memasyarakat, sehingga jauh dari kesan eksklusif yang selama ini menempel di musik jazz dan dianggap oleh sebagian orang kalau musik jazz adalah musik yang hanya dinikmati oleh kaum elite saja.
Jazz juga, dapat menjadi sebuah media untuk menyatukan semua perbedaan, baik dari segi agama, suku, bahasa, dan budaya, karena pada dasarnya musik itu adalah bahasa yang universal yang mampu difahami oleh semua orang.
kepada komunitas jazz itu, agar tidak dipandang dengan sebelah mata. Karena dari kumpulan komunitas jazz ini juga akan menyuburkan lahan industri kreatif yang sekarang mulai diarahkan untuk menghasilkan nilai tambah bagi sebuah industri.
Diakui memang musik jazz, kalau dibandingkan dengan genre musik lain seperti pop, rock atau dangdut, masih belum menjadi industri di negara ini. Penyebabnya adalah karena musik ini masih dinikmati hanya oleh sebagian pecinta musik di Indonesia, namun penulis tetap optimis kalau jenis musik ini akan melahirkan musisi hebat dari tahun ke-tahunnya. Kita tentu merasa bangga akan prestasi yang diraih oleh musisi muda kita yang sudah berhasil menancapkan kakinya di industri jazz dunia, yaitu Joy Alexander pianis jazz muda asal Bali yang baru berusia 12 telah berhasil masuk nominasi di ajang Grammy Awards di Amerika Serikat dua tahun berturut-turut..
Semoga dengan terbentuknya Komunitas Jazz Indonesia (KJI) ini akan melahirkan bibit-bibit baru yang berkiprah di dunia musik jazz yang semakin berkembang dengan pesat di Indonesia, dan akan melahirkan banyak lagi Joy Alexander baru.*(aj)