Penasatu.com-Manggarai Barat.NTT- Amanah Presiden Republik Indonesia pada awal pembentukan Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif, yakni agar ekonomi kreatif dapat dirasakan oleh masyarakat – masyarakat di daerah.
Pengembangan Ekonomi kreatif tidaklah hanya berorientasi kepada para pelaku yang berada di wilayah perkotaan atau urban, melainkan juga pedesaan atau rural, 17 November 2020
Merespon hal tersebut Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif melalui Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan menggagas program AKSILARASI.
AKSILARASI sebagai akronim dari Aksi, Selaras dan Sinergi merupakan sebuah program pendampingan yang mementingkan keterhubungan pemerintah pusat dan daerah. Kerjasama antara pelaku kreatif berbasis urban, digital dan akademik dengan pelaku kreatif di wilayah destinasi yang berbasis tradisi, rural dan komunal. AKSILARASI juga merupakan program pendampingan penciptaan produk kreatif di destinasi super prioritas yang menghubungkan pusat dengan daerah, pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menciptakan ekonomi kreatif berkelanjutan.
Secara umum, program AKSILARASI dilaksanakan di beberapa lokus destinasi priorita dan destinasi super prioritas seperti Labuan Bajo (Manggarai Barat), Mandalika (Lombok), Danau Toba (Sumatera Sumatera Utara), dan Likupang (Sulawesi Utara).
Labuan Bajo sendiri dipilih menjadi lokus kegiatan AKSILARASI karena Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas oleh pemerintah pusat. Demikian pula Labuan Bajo memiliki keunggulan menjadi pintu gerbang menuju kawasan Taman Nasional Komodo yang memiliki dua status level dunia, yaitu sebagai Situs
Warisan Dunia UNESCO dan Man Biosphere Reserve (Cagar Biosfer). Selain itu, Labuan Bajo ‘Labuhan Bangsa-Bangsa’ di Manggarai Barat ini memiliki keragaman budaya, kekayaan seni tradisi, dan komunitas kreatif yang mendukung pelestarian baik alam maupun budaya.
Tahapan program inkubasi karya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 20 November 2020, kegiatan AKSILARASI diakhiri dengan kegiatan Uji Publik AKSILARASI pada tanggal 19 November 2020 sebagai bentuk perayaan kerja-kerja kreatif seniman, artisan, penggiat literasi. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment).
Program yang digagas oleh Direktorat Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan ini juga didukung oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores
Kemenparekraf/Baparekraf mengambil tema besar “Merawat Ingatan Merayakan Peradaban” merupakan semangat pemangku kepentingan tim kreatif dan peserta program AKSILARASI di Labuan Bajo – Pusat yang merespon keberadaan komunitas/masyarakat dan identitas sejarah budayanya dalam menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Program ini akan dilaksanakan selama 5 tahun dengan tahapan pertahun yang telah direncanakan dengan proses pendampingan terhadap komunitas/kelompok/masyarakat.
Muhammad Neil El Hilman menegaskan bahwa dengan pendampingan pada empat subsektor ekraf akan mendukung terciptanya tata kelola usaha kreatif yang mumpuni dan terinstitusi di kawasan DP/DSP, baik formal maupun informal, dari hulu hingga hilir. Selain itu Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif ini juga menyampaikan bahwa dari program kolaborasi ini akan tercipta produk kreatif pendukung pariwisata kawasan Destinasi Prioritas/Destinasi Super Prioritas yang terintegrasi dalam menciptakan pengalaman wisata yang khas, sehingga akan meningkatnya jumlah wisatawan, baik kunjungan perdana maupun kunjungan berulang.
“Yang terpenting adalah terciptanya produk kreatif khas kawasan DP/DSP yang berdaya saing, serta menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat, dan berkelanjutan. Dengan demikian infrastruktur yang sedang dibangun pemerintah dapat menjadi ruang presentasi bagi produk kreatif unggulan,” pungkasnya.
Progam AKSILARASI di Labuan Bajo Manggarai Barat yang digagas oleh Direktorat Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Deputi Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif ini melibatkan 195 peserta yang berasal mayoritas dari warga Labuan Bajo, komunitas yang tinggal di Kabupaten Manggarai Barat dan juga beberapa seniman/artisan yang berasal dari wilayah kabupaten lain di Flores terbagi dalam 4 sub sektor dengan pendamping tim kreatif sebagai berikut: sub sektor musik didamping oleh Ivan Nestorman; sub sektor seni pertunjukan tari didampingi oleh Anti Yank, Jecko Siompo, Bambang Prihadi; sub sektor seni rupa didampingi oleh Heri Pemad, Elia Nurvista, Hendra Hehe; dan sub sektor penerbitan didampingi oleh Windy Ariestanty dan Dicky Senda.
Direktur Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Mohammad Amin menyatakan bahwa kegiatan pendampingan program AKSILARASI sudah dimulai sejak bulan September 2020.
“Pendampingan dilakukan dalam bentuk daring dan luring. Inkubasi dilakukan mulai tanggal 3 sampai 16 November untuk menghasilkan 16 produk unggulan yang akan terus disempurnakan pada masa lima tahun program pendampingan ini. Pada tanggal 19 November kita akan adakan uji publik secara daring agar karya-karya tersebut dapat dinikmati sekaligus kami mengundang penangap karya untuk memberikan masukan konstruktif terhadap produk yang dihasilkan,”ujar Amin.
Lebih lanjut, Amin mengatakan, pada tahun 2020 ini adalah tahun produksi yang merupakan keberlanjutan program AKSILARASI dari September 2020 lalu.
“Tahun 2020 ini merupakan tahun produksi. Jika tahun ini belum sempurna maka masih ada tahun berikutnya,” tegasnya Amin yang juga seorang etnomusikolog.
Kegiatan AKSILARASI di Labuan Bajo juga didukung penuh oleh Badan Otorita
Labuan Bajo Flores (BOP LBF), Kemenparekraf/Baparekraf. Direktur Utama BOP LBF, Shana Fatina menyatakan bahwa dirinya dan jajarannya mendukung penuh kegiatan AKSILARASI.
“Komunitas kreatif di Labuan Bajo akan berperan penting untuk pertumbuhan kota dan mendukung terwujudnya produk pariwisata berkualitas di Labuan Bajo dan Flores yang memiliki alam dan budaya berkualitas premium. Ke depan pemerintah hadir untuk menjaga ekosistem ini tumbuh,” ujar Shana Fatina.
Lebih lanjut ia menegaskan, berjejaring dan berkolaborasi itu penting bagi sebuah komunitas kreatif khususnya di Labuan Bajo Flores yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai destinasi pariwisata super priotitas.
“Keberagaman dan kebudayaan itu adalah esensi dari wisata premium. Kita akan mengemas para pelaku industri kreatif ini hingga lima tahun kedepan, kita akan damping sehingga menghasilkan produk kreatif baru, yang nantinya akan menjadi ikon identitas dari Labuan Bajo Flores,” pungkas Shana.
Ivan Nestorman tim kreatif musik menyatakan bahwa produk kreatif musik berasal dari akar tradisi yang dikemas ulang. “Kami punya tiga produk, Sompo, Flores Human Orchestra, dan Labuan Bajo World Band. Semua berasal dari tradisi apalagi Flores terkenal punya singing society seperti yang ditulis Jaap Kunst tahun 1940an, karya ini punya pesan. Karya Sompo itu artinya menandu, kita menandu pariwisata premium di Labuan Bajo dengan gotong royong,” ujar Ivan Nestorman.
Asgar yang memiliki nama pena Asgar Maipang salah seorang perwakilan peserta AKSILARASI asal Pulau Rinca tepatnya dari Kampung Rinca yang mengikuti program inkubasi subsektor penerbitan mengaku mengikuti program AKSILARASI karena kegemarannya menulis.
“Bisa dipertemukan dengan teman-teman yang memiliki hobby yang sama. Selama menjalani prosesnya bukan hanya menulis saja tapi dibina untuk mencintai budaya sendiri bayangkan anak muda menulis budaya potensi alam wisata alam di sekitarnya itu luar biasa. Harapan ke depan kegiatan ini tidak hanya tahun ini saja. Ada pun tulisan anak-anak lokal, mungkin itu bisa disupport,”ujar penggiat literasi di Manggarai Barat ini.
Lebih lanjut ia memberikan apresiasi kepada seluruh kelembagaan yang telah terlibat dalam program AKSILARASI ini,”saya juga memberikan nilai plus pada kegiatan kementerian kali ini yang merupakan kegiatan tepat sasaran karena ada output dari kegiatan ini ada buku dan peta jelajah. Keren banget, makanya saya suka,” ungkapnya.
Sebanyak 16 produk kreatif lahir dari program AKSILARASI, lahir dari proses perenungan, kerja keras, kolaborasi dan kecintaan akan alam dan budaya lokal yang dimiliki komunitas kreatif di Labuan Bajo, Manggarai Barat dan Flores dengan membawa pesan pelestarian dan konservasi sumberdaya budaya serta keragaman lingkungan hidupnya.
”Harapannya program ini dapat memberikan dampak yang positif bagi pelaku kreatif pada sub sektor Musik, Seni Pertunjukan, Seni Rupa dan Penerbitan juga masyarakat Labuan Bajo dan sekitarnya. Memperkuat identitas Manggarai Barat dan Flores pada umumnya. Identitas bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika,” tutup Muhammad Neil El Hilman.
Untuk selanjutnya Uji Publik AKSILARASI “Merawat Ingatan Merayakan Peradaban” akan dilaksanakan secara daring pada Kamis, 19 November 2020 mulai pukul 08.30 – 21.00 wita menggunakan tautan zoom:
https://bit.ly/regisaksilarasi-lbj