Mama Imelda, luput dari uluran tangan Pemerintah Desa, Kabupaten, Provinsi apalagi Pusat. Padahal termasuk warga kurang mampu.
Oleh, Alfonsius Andi.
Penasatu.com- Manggarai Timur.NTT – Pada awalnya sakit yang diderita hanya dianggap sakit biasa, dimulai dari rasa sakit diperut yang seperti ditusuk jarum. Itu diawali pada awal tahun 2017 silam. Namun sampai saat ini penyakit itu terus membuat dirinyanya menderita. Bahkan semakin hari penderitaan itu semakin membuatnya tak tahan.
Inilah yang dialami Mama Imelda (49) tahun, warga kurang mampu di Desa Bamo, Kampung Wae Poang, Kecamatan Kota Komba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Seorang janda yang ditinggalkan suaminya sejak tahun 1990. Sampai saat ini belum pernah merasakan bantuan dari Pemerintah, baik Desa, Kabupaten apalagi Pemerintah pusat padahal sudah 4 tahun menderita penyakit Kista.
Penyakit yang ada di tubuhnya semakin hari semakin parah, perutnya kian membesar hingga membuatnya tak berdaya. Makan, tidur, buang air, semuanya terasa sulit. Konon, mama Imelda menganggap sakitnya biasa-biasa saja. Awalnya ia merasa keram di bagian dalam perut. Namun, lama kelamaan sakitnya kian parah. Bahkan dirinya sempat pingsan.
“Waktu awal tahun 2017, saya rasa perut tertusuk-tusuk. Kemudian terus membesar. Saya tidak tahu kenapa,” kisah Mama Imelda saat disambangi wartawan dikediamannya, Sabtu (31/10/2020).
Kendati demikian, tidak ada satupun aparat Desa ataupun Kabupaten atau Dinas terkait yang memberi perhatian. Wanita yang hanya punya seorang anak itu tidak putus asa. Ia terus berusaha mencari pengobatan tradisional melalui para dukun yang ada di kampung. Namun, perjuangannya belum berhasil. Akhirnya Mama Imelda memutuskan untuk konsultasi dengan seorang dokter di Borong. Saat itu, dan dokter menyarankannya agar segera dioperasi.
“Dokter kala itu sarankan saya agar kurangi aktivitas. Dia (Dokter,red) juga minta saya urus BPJS untuk memudahkan saat ke rumah sakit nantinya,” terang Imelda.
Dengan bermodalkan BPJS dan uang seadanya, yang dikumpulkan dari pemberian Maria Dolorosa Owa (29) anak semata wayangnya yang merantau di Bali, wanita paruh baya ini memberanikan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mboi Ruteng, Kabupaten Manggarai untuk mengecek kesehatan.
Jauhnya jarak yang ditempuh membuat ibu ini harus duduk berjam jam sambil menahan sakit selama perjalanan. Namun sakit yang dideritanya bukan menjadi penghalang untuk dirinya pergi berobat menyembuhan penyakitnya.
Selama dalam perjalanan dari Kampung Wae Poang menuju Ruteng, dalam pikirannya hanya satu, bahwa sakit yang dideritanya akan segera bisa diobati.
Sesampainya di RSUD Mboi Ruteng, semua angan angan yang ada di benaknya untuk menyembuhkan penyakitnya jadi bubar dan sia sia. Pasalnya setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Diagnosa yang didapatkan ternyata penyakit itu adalah “Kista”.
Dan lebih menyedihkan lagi bahwa, dirinya disarankan harus pergi ke Rumah Sakit yang lebih jauh lagi yaitu di Kupang atau Bali untuk bisa dilakukan tindakan operasi penyakitnya, karena RSUD Mboi Ruteng beralasan pihaknya tidak mempunyai peralatan yang cukup untuk melakukan operasi ini.
Mendengar itu Imelda bagai disambar petir, tadinya berharap ada pertolongan baginya, namun ternyata semua menjadi sia sia. Imelda pun kembali ke Kampung dengan perasaan hampir putus asa. Kini dirinya kembali berusaha mengobati penyakitnya dengan cara tradisional.
“Saya tidak punya uang yang cukup waktu itu. Kalau operasi mungkin terbantu dengan BPJS tetapi uang tranportasi ke Kupang dan Bali tidak ada,” lirihnya.
Kini dirinya kembali berharap pada ramuan tradisional. Ramuan berbeda, orang berbeda silih berganti datang merawatnya. Namun, perubahan tak kunjung dirasakan. Perut kian membesar. Nyeri yang ia rasakan kian menggelayuti tubuh rentanya.
Di tengah situasi terpuruk itu, Mama Imelda berusaha untuk tetap bertahan. Ia coba melawan penderitaan yang dialami. Ia terus mencari pengobatan tradisional.
Sementara Maria Dolorosa Owa anak tunggalnya yang sejak menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2014 silam, wanita yang kerap disapa Osi itu tengah merantau ke Pulau Dewata, Bali.
Satu tahun kemudian Osi kembali ke kampung halaman. Saat itu sang ibunda belum menderita kista. Semuanya berjalan aman. Tanpa hambatan.
Di tahun yang sama putrinya memilih kembali merantau ke Bali. Tinggal di kampung membuatnya sulit untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Dua tahun di Bali, Osi mendengar kabar mengejutkan. Ibunda menderita sakit. “Waktu itu saya mau pulang tetapi saya telepon dengan mama sapaya nanti dirawat saja di Rumah Sakit. Mama menyarankan saya untuk tidak usah pulang,” ujarnya.
Wanita 29 tahun itu pun jadi tulang punggung keluarga. Setiap bulan ia selalu sisihkan gajinya untuk ibunda.
Empat tahun berjalan, Mama Imelda tinggal seorang diri. “Saya sudah tidak bayar BPJS, karena uangnya untuk saya mau beli beras,” ujarnya menangis.
Meski seorang janda yang tengah menderita sakit, Mama Imelda justru tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah Desa, Kabupaten apalagi Pusat. Ia kadang hanya bergumam dan bahkan bertanya-tanya, kapan?. Hari berganti, bulan berganti, tahun berganti, semuanya nihil.
Imelda kini berharap sentuhan kasih dari orang-orang yang berhati baik. Ia sudah tidak tahan dengan penderitaan yang dialami.
“Saya sekarang mau jual tanah tetapi karena alasan corona jadi belum ada yang beli, mereka memang datang tawar. Saya berharap mungkin bisa membantu penderitaan yang saya alami,” pinta Mama Imelda.
“Bagi orang yang berhati baik,Dan ingin membantu Mama Imelda, silakan hubungi nomor 082146709216 (Maria Dolorosa Owa).*
Editor : penasatu.com