Penasatu.com, Balikpapan – Langkah transformasi menuju operasional pelabuhan yang lebih ramah lingkungan kini benar-benar diwujudkan oleh PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT). Melalui inovasi elektrifikasi tiga unit Quay Container Crane (QCC), perusahaan pengelola terminal peti kemas di Balikpapan ini resmi beralih dari penggunaan genset berbahan bakar minyak ke sistem pasokan listrik.
Upaya ini tidak hanya meningkatkan efisiensi biaya operasional, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan keselamatan kerja di area pelabuhan.
Direktur Utama PT KKT sekaligus Plh. Direktur Operasi dan Teknik, Enriany Muis, menerangkan bahwa proses elektrifikasi dilakukan secara bertahap sepanjang tahun 2025, hingga seluruh unit QCC kini beroperasi sepenuhnya menggunakan listrik.
“Kami melakukan elektrifikasi secara bertahap. Untuk QCC pertama selesai pada Februari, berikutnya Mei, dan terakhir Juli. Pada Agustus, seluruh crane sudah menggunakan supply listrik,” jelas Enriany.
Sebelum inovasi ini diterapkan, setiap QCC dioperasikan menggunakan genset yang menghasilkan emisi gas buang serta kebisingan di area pelabuhan. Penggunaan genset juga menimbulkan beban tambahan karena membutuhkan bahan bakar minyak, pelumas, filter, dan perawatan rutin dengan biaya tinggi. Kini, genset hanya difungsikan sebagai cadangan apabila terjadi pemadaman listrik atau gangguan suplai daya.
“Genset sebelumnya kami gunakan untuk operasional crane, yang tentu menimbulkan polusi udara dan konsumsi bahan bakar cukup besar. Saat ini, genset hanya digunakan sebagai backup apabila terjadi blackout,” tambahnya.
Dalam sistem baru ini, kinerja Quay Container Crane (QCC) menjadi lebih andal, efisien, dan ramah lingkungan. Mekanisme elektrifikasi terbukti memberikan banyak keuntungan dari berbagai aspek — baik teknis, operasional, maupun lingkungan. Pasokan listrik yang stabil dinilai lebih unggul dibandingkan dengan penggunaan genset, terutama untuk menopang sistem elektrikal dan kontrol crane seperti PLC dan Drive System.
“Supply listrik jauh lebih stabil dibandingkan dengan genset, sehingga potensi kerusakan pada peralatan elektrikal, khususnya sistem kontrol, bisa ditekan secara signifikan,” ungkapnya.
Selain meningkatkan keandalan sistem, elektrifikasi juga memberikan efisiensi biaya yang besar. KKT kini tidak lagi dibebani pengeluaran untuk pembelian BBM, servis rutin, penggantian suku cadang, hingga overhaul genset yang selama ini harus dilakukan secara berkala. Penghematan tersebut berkontribusi langsung terhadap efisiensi operasional perusahaan.
Dari sisi lingkungan dan keselamatan kerja, perubahan ini membawa dampak positif yang nyata. Operasional crane kini lebih tenang tanpa kebisingan mesin genset dan bebas polusi udara, menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersih, aman, dan nyaman bagi para operator serta pekerja pelabuhan.
“Pengoperasian QCC kini tanpa polusi udara dan kebisingan, sehingga lingkungan kerja menjadi lebih aman, bersih, dan nyaman,” tutur Enriany.
Langkah elektrifikasi ini juga menjadi bagian dari strategi KKT dalam memperkuat performa dan keandalan peralatan pelabuhan. Pasokan listrik yang stabil memastikan kegiatan bongkar muat kontainer berjalan optimal di pelabuhan yang menjadi salah satu simpul logistik penting di Kalimantan Timur.
Transformasi ini sejalan dengan visi KKT untuk menjadi pelabuhan modern dan berkelanjutan, serta berkontribusi terhadap agenda green port nasional. Penggunaan energi listrik menggantikan bahan bakar fosil menjadi bukti komitmen perusahaan terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang kini menjadi tolok ukur utama kinerja sektor logistik dan pelabuhan.
“Dari sisi biaya lebih hemat, dari sisi keandalan lebih baik, dan dari sisi lingkungan lebih bersih. Jadi manfaatnya menyeluruh,” tutup Enriany.(**)





















