Penasatu.com, Samarinda – Berada di Kota Tepian sebutan kota Samarinda Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur untuk menghabiskan waktu akhir pekan di kawasan Citra Niaga, mengingatkan saya pada masa kanak kanak dulu. Saat itu, ya dikisaran tahun 80 an dimana kawasan ini masih bernama Taman Hiburan Gelora (THG).
THG waktu itu merupakan tempat hiburan bagi warga masyarakat Samarinda, khususnya yang ingin mencari hiburan selain bioskop guna bersosialisasi sekaligus untuk tempat berbelanja.

Yang kemudian pada 1987, tepatnya pada 27 Agustus 1987 kawasan THG mulai dirubah dengan dibangunnya kawasan Citra Niaga yang digadang gadang menjadi pusat ekonomi berkonsep modern bernuansa kawasan perdagangan baru yang bersih, fungsional dan ber estetika.
Bersama teman-teman kala itu, saya selalu berada disana (THG,red). Pasalnya, saya dan sebagain anak anak yang lain ikut orang tua berdagang dengan membuka warung berjualan makanan di sana. Sehingga kami selalu menghabiskan keseharian hanya untuk melihat orang berlalu-lalang, menikmati suasana kota, dan bercengkerama tanpa beban walau tak sehebat saat ini.

Kini, meski tak ada yang benar-benar istimewa di Citra Niaga, kawasan ini tetap menjadi tempat favorit untuk berbelanja kuliner dan souvenir Kalimantan sekaligus tempat hiburan yang cukup menyenangkan.
Lingkungannya terlihat jauh lebih rapi dan tertata dibandingkan dulu, walau saat masih siang hari terlihat sepi pengunjung. Namun area pedestrian bersih, terang benderang nya lampu-lampu kota dan jejeran tempat duduk menambah suasana romantis, sehingga membuat warga masyarakat yang datang di malam hari, apalagi malam minggu seperti saat ini tampak betah menikmati momen bersama keluarga atau sahabat.
Belum banyak hiburan publik yang digelar di sana. Namun kios kios souvenir asli kalimantan dan warung warung kuliner masih menjadi daya tarik warga dari luar Samarinda yang datang. Walau memang masih kalah dengan cafe yang ada di hotel hotel modern di sekeliling kawasan tersebut. Namun bagi sebagian besar warga setempat maupun yang datang dari luar Samarinda, masih menganggap suasana tenang nan nyaman di kawasan Citra Niaga ini sudah cukup untuk sekadar melepas penat, menikmati kopi, dan melihat keramaian anak-anak muda yang nongkrong di kafe-kafe kecil yang ada.
Konsep tempat nongkrong yang sederhana namun bersih dan nyaman cukup memanjakan pengunjung yang ingin bersantai, terutama bagi yang membawa keluarga. Pasalnya masih banyak penjual asongan yang menjual permainan anak anak dengan harga yang cukup murah, sehingga membuat warga yang membawa keluarga betah untuk berlama lama disana.
Hanya saja, sayang rasanya melihat sebuah panggung yang berada di tengah tengah kawasan tersebut tampak dibiarkan tanpa diisi oleh pelaku seni. Padahal tempat tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pertunjukan budaya atau pagelaran musik lainnya dari pelaku seni lokal.
Jika diberdayakan, tentu akan memberikan daya tarik dan menambah perputaran ekonomi di kawasan ini, sekaligus memberi ruang bagi pelaku seni lokal untuk berekspresi.
Namun begitu, Citra Niaga tetap menjadi salah satu ruang publik di Samarinda yang layak dikunjungi. Kadang, kehangatan sebuah kota bukan tercipta dari kemegahan acaranya, tetapi dari kesederhanaan suasana dan kenangan yang ikut hidup di dalamnya.(eds)






















