Teks foto:; Kepala DKK Balikpapan, Alwiati.
Penasatu.com, Balikpapan – Kasus stunting di Kota Balikpapan terus menunjukkan tren kenaikan. Padahal, sejumlah program intervensi telah digulirkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan untuk menekan angka gagal tumbuh pada anak tersebut.
“Anak-anak yang stunting justru makin bertambah. Padahal seluruh program kami sudah berjalan. Saya sedang evaluasi,” ujar Kepala DKK Balikpapan, Alwiati, kepada wartawan, Rabu (6/8/2025).
Pernyataan Alwiati ini menandai keprihatinan sekaligus kegelisahan, karena upaya yang sudah dilakukan belum membuahkan hasil maksimal. Salah satu akar masalah yang disebutkannya adalah pola konsumsi dan pengasuhan anak di rumah.
Kata Alwiati, pihaknya telah menyalurkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama tiga bulan bagi balita dengan indikasi kurang gizi. Tapi setelah itu, lanjutnya, tanggung jawab kembali ke keluarga. Dan di titik inilah sering muncul masalah.
“Begitu masa PMT selesai, makanan anak kembali jadi urusan keluarga. Tapi sayangnya, banyak orang tua yang belum paham cara memberi makan yang benar. Pola asuhnya belum sesuai,” jelas Alwiati.
Tak hanya PMT, berbagai upaya edukatif juga telah dilakukan: mulai dari kelas ibu hamil, kelas ibu menyusui, hingga pelatihan MPASI bagi bayi usia 6 bulan ke atas. Namun hasil di lapangan tak seindah harapan.
“Kami tidak mungkin pantau ribuan anak 24 jam sehari. Ini kan bukan seperti CCTV. Jadi memang perlu dukungan penuh dari keluarga,” tegasnya.
Data Dinkes menunjukkan, prevalensi stunting di Balikpapan saat ini mencapai 24,8 persen dari total sekitar 107.000 bayi dan balita. Artinya, hampir 1 dari 4 anak di kota ini mengalami gangguan tumbuh kembang.
Lebih mencemaskan lagi, tingkat kunjungan Posyandu hanya sekitar 40 persen. Artinya, sebagian besar orang tua tidak rutin membawa anaknya ke Posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya.
“Kalau anak-anak tidak dibawa ke Posyandu, bagaimana kita bisa tahu mereka sehat atau tidak? Ini menjadi hambatan besar dalam pencegahan stunting,” ucapnya prihatin.
Sebagai solusi, DKK Balikpapan akan mulai menerapkan pendekatan jemput bola. Tim kesehatan akan turun langsung ke lingkungan warga, terutama di kawasan yang tercatat memiliki angka stunting tinggi.
“Kami harus datangi satu per satu. Tidak bisa lagi menunggu mereka datang ke kita,” tambahnya.
Alwiati menekankan bahwa peran keluarga sangat krusial dalam menekan angka stunting. Tanpa keterlibatan aktif dari orang tua, semua program pemerintah tak akan berdampak besar.
“Kami mohon kerja samanya. Jangan sampai anak-anak kita kehilangan masa depan hanya karena kurang makan atau salah pola asuh,” pungkasnya.(*)