foto: Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman.(istimewa)
Kutim, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) terus berkomitmen berupaya meningkatkan perhatian nya terutama masalah kesehatan di masyarakat. Apalagi kesehatan menyangkut erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Seperti penanggulangan TBC (Tuberculosis) dan penangan Stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan (HPK) anak.
Dikutip dari pro.kutaitimurkap.go.id, Bupati Kutim, H.Ardiansyah Sulaiman mengatakan, Pemkab Kutim terus berkomitmen terhadap penanggulangan TBC dan Stunting. Seperti diungkapkan Bupati Kutim usai menghadiri acara Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting (Ran Pasti) dan Sosialisasi Perpres No.67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC di Hotel Mercure Samarinda, kota Samarinda Kalimantan Timur, Kamis (31/3/2021) lalu.
“Sebagai komitmen terhadap dua hal tersebut, yakni TBC dan Stunting, Pemkab Kutim sudah menyusun regulasi berupa Perbup tentang penanggulangan TBC. Begitu juga dengan Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang akan mengatur teknik pelaksanaan di lapangan,” jelas Ardiansyah.
Ardiansyah menegaskan, sebagai seorang bupati, tugasnya adalah memanajerial OPD teknis agar serius mencermati hal ini. Karena SDM yang berkualitas sangat dipengaruhi dengan kondisi kesehatan seseorang.
“Khususnya Kepada Dinas (Kadis) Kesehatan serta Kadis Pengendalian Penduduk dan KB. Dua OPD tersebut harus betul-betul memperhatikan persoalan kesehatan tersebut. Jangan hanya sekadar program tetapi tidak serius dilakukan,” tegasnya.
Lanjut Bupati, terkait stunting, untuk Kutim angka prevalensi masih cukup signifikan dibandingkan dengan nasional maupun regional Kaltim. Ini menjadi tantangan bagi Kutim untuk mempercepat penurunan stunting. Jadi menurut dirinya, komitmen bersama adalah kunci agar bisa optimal.
“Dalam kesempatan sosialisasi RAN PASTI tadi ada hal yang sangat menarik,” jelas orang nomor satu di Pemkab Kutim ini.
Kenapa, ternyata stunting itu bisa dicegah sejak awal perkawinan. Bagaimana pasangan harus memeriksa kesehatan masing-masing. Kemudian asupan nutrisi selama kehamilan serta kontrol secara periodik bagi ibu hamil. Serta pengasuhan 1000 hari pertama kelahiran, bebernya.
Khusus bagi anak anak yang terlanjur stunting, mengutip penjelasan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, Ardiansyah menjelaskan, stunting tidak bisa diobati tetapi dikoreksi, diterapi dan diarahkan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Jadi intinya, bagi pasangan yang akan menikah diminta merencanakan dengan matang sejak awal.
“Ini agar dalam mengasuh anak bisa lebih baik. Sehingga tumbuh kembang anak bisa lebih optimal,” pungkasnya.(*)