Pengibaran Bendera Merah Putih memperingati Balikpapan 13 November 1945 di samping Tugu Perjuangan Balikpapan 13 November 1945, Jl. Letjen Suprapto, Balikpapan Barat.
Balikpapan, penasatu.com – Banyak yang melupakan atau bahkan sama sekali tidak tahu, jika setelah pertempuran arek-arek Suroboyo melawan tentara Inggris pada 10 November 1945, tiga hari kemudian atau pada 13 November 1945, pemuda Balikpapan yang dipimpin Abdul Moethalib bersama kawan-kawan melakukan demonstrasi besar dengan niat akan mengibarkan sang Merah Putih di Lapangan Buruh Minyak Karang Anyar.
Meski Merah Putih tak mengangkasa pada hari itu, Selasa, 13 November 1945. Namun peristiwa itu tetap dicatat dalam sejarah perjuangan di Balikpapan. Peristiwa bersejarah itu, pada Sabtu (13/11/2021) sudah terjadi 76 tahun lalu.
Kala itu ratusan bahkan ribuan warga Balikpapan yang berduyun-duyun mendatangi Lapangan Buruh Minyak di Karang Anyar, hendak ikut menyaksikan pengibaran Merah Putih untuk kali pertama di langit biru Balikpapan yang diprakasai oleh Abdul Moethalib sebagai pimpinan Komite Indonesia Merdeka (KIM).
Kemerdekaan yang di kumandangkan Soekarno – Hatta pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, baru terdengar di Balikpapan di awal November 1945, kemudian masyarakat berkumpul di suatu tempat atau saat ini dinamakan Karang Anyar untuk mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyatakan Balikpapan adalah bagian dari NKRI.
Kemudian di lokasi itulah (Karang Anyar) dibangun Tugu Perjuangan 13 November 1945. Namun tugu yang saat itu dibangun para pejuang Balikpapan, dipindahkan dengan alasan akan dibangun Proyek Nasional. Inilah yang menyebabkan semakin kaburnya akan sejarah bahwa pernah terjadi perlawanan kepada penjajah oleh pejuang di Balikpapan.
Dewan Harian Cabang (DHC) 45 Kota Balikpapan bersama Pemuda yang tergabung di Pasukan Adat Remaong Kepatihan Selatan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dan Theater Gonggong menggelar upacara Peringatan Pengibaran Bendera di Tugu 13 November 1945, Jalan Letjen Suprapto, Balikpapan Barat, Sabtu (13/11/21) untuk mengingatkan kembali akan perjuangan para orang tua mereka.
Upacara dipimpin langsung Ketua DHC 45 Kota Balikpapan, Hirmanminata dan dihadiri langsung perwakilan Satuan Pasukan Adat Remaong Kepatihan Selatan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Doni Hermawan dan Pimpinan Theater Gonggong, Badai. Kegiatan upacara berlangsung sangat sederhana tanpa ada seorang pun pejabat Kota Balikpapan yang hadir, namun upacara berjalan dengan penuh hikmad.
Hirmanminata dalam sambutannya mengatakan, sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan pihak-pihak yang telah melupakan pengorbanan para pejuang yang seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah kota. Pasalnya, hanya membuat Tugu yang melambangkan suatu perjuangan saja sepertinya sangat berat.
“Membangun Tugu Perjuangan saja sepertinya sangat berat, padahal beberapa tahun sebelumnya telah disepakati akan dibangunkan kembali Tugu Perjuangan 13 November 1945 yang dibongkar oleh Pertamina untuk dibuatkan yang lebih permanen dan akan bekerja sama pemerintah kota, tapi nyatanya tugu yang dibangun sangat memprihatinkan, tak mencerminkan kewibawaan,” ujarnya.
Tugu Perjuangan 13 November 1945 seharusnya adalah Ikon perjuangan rakyat Balikpapan dalam melawan penjajah, dan menjadi warisan sejarah bagi kaum milenial masa sekarang.
Namun sampai saat ini, kami hanya bisa mendapatkan Tugu Perjuangan yang tak layak, yaitu berupa seonggok bangunan yang bersebelahan dengan pencucian mobil, imbuh pengurus DHC 45 Balikpapan. Seperti diketahui DHC 45 Balikpapan merupakan para anak anak dari pejuang Balikpapan yang ikut dalam aksi 13 November 1945.
“Sebelumnya juga telah dijanjikan akan dibangun Gedung Juang, tempat para pejuang termasuk veteran menjadi satu wadah bersama, namun sampai saat ini tak menjadi kenyataan tanpa alasan yang jelas,” terangnya.
Juga yang sangat disayangkan adanya perlakuan berbeda dari Pemkot Balikpapan terhadap DHC 45 dengan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) padahal semua sama sama berjuang membela Bangsa dan Negara dalam merebut kemerdekaan.
” Tak banyak yang kami minta, hanya bangunkan kembali Monumen Perjuangan 13 November 1945 di tempat yang layak dan Gedung Juang seperti yang telah dijanjikan, sehingga bisa menjadi ikon kota Balikpapan dan jejak sejarah bagi anak cucu dan kaum milenial saat ini dan nanti,” pungkasnya.(eds)