Teks: Wali Kota Balikpapan, H.Rahmad Mas’ud,SE.,ME.
Penasatu.com, Balikpapan – Kemacetan lalu lintas di Balikpapan, khususnya di wilayah padat seperti Muara Rapak dan Kilometer 5, Balikpapan Utara, telah lama menjadi keluhan warga. Menyadari hal itu, Pemerintah Kota Balikpapan tak tinggal diam.
Wali Kota Balikpapan, H Rahmad Mas’ud, Rabu (14/5/2025) mengungkapkan, dirinya belum lama ini telah bertemu dengan sejumlah pengusaha lokal Balikpapan. Dan dari hasil pertemuan tersebut terdapat langkah-langkah yang tengah disiapkan untuk mengurai kemacetan dan memperkuat konektivitas antarwilayah di kota minyak ini.
“Ya, ada satu masukan yang disampaikan datang dari salah satu pengusaha pemilik jaringan Hotel Platinum. Dimana ia mengusulkan solusi jangka pendek berupa rekayasa lalu lintas di titik-titik rawan sebagai langkah awal sebelum proyek besar dijalankan,” ungkapnya.
Menanggapi itu, Rahmad mengatakan bahwa Pemkot telah memiliki rencana strategis berupa pembangunan jembatan penghubung dari Balikpapan Barat menuju kawasan industri Kariangau.
Proyek ini dipandang sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi beban lalu lintas, sekaligus membuka jalur baru yang lebih efisien untuk distribusi logistik.
“Anggaran sebesar Rp600 miliar telah disiapkan, dan target kami adalah menyelesaikan proyek ini dalam dua sampai tiga tahun ke depan,” ujar Rahmad.
Tak hanya fokus pada manfaat transportasi, proyek ini juga diharapkan dapat menggerakkan roda ekonomi lokal. Pemerintah berencana melibatkan pengusaha-pengusaha setempat dalam proses pengerjaan, menciptakan efek ganda yang positif bagi masyarakat.
“Kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha sangat penting. Kita ingin pembangunan ini berdampak luas, tidak hanya mengurai macet, tapi juga membuka peluang ekonomi baru,” lanjutnya.
Rahmad juga menegaskan bahwa pembangunan jembatan akan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Wilayah pesisir yang menjadi habitat mangrove, menurutnya, tidak akan diabaikan.
Tim ahli lingkungan telah dilibatkan sejak tahap perencanaan untuk memastikan proyek ini tidak menimbulkan kerusakan ekologis.
“Kita ingin membangun, tapi tidak merusak. Konstruksi jembatan akan dirancang agar tetap menjaga ekosistem, terutama di kawasan mangrove dan Tanah Kering,” jelas Rahmad.
Jembatan penghubung ini merupakan bagian dari rencana besar pengembangan infrastruktur di Balikpapan Barat. Diharapkan, pembangunan fisik bisa dimulai akhir tahun ini atau awal 2026, tergantung pada kesiapan teknis dan proses pembebasan lahan.
Lebih dari sekadar infrastruktur, jembatan ini digadang-gadang menjadi pengubah lanskap mobilitas Balikpapan. Selain memperlancar akses ke kawasan industri Kariangau dan pelabuhan, proyek ini juga akan mempercepat distribusi logistik dan mendorong pertumbuhan kawasan industri baru.
“Balikpapan ke depan harus menjadi kota yang tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tapi juga nyaman ditinggali dan mudah diakses,” tegas Rahmad.
Tak lupa ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, dunia usaha, dan legislatif untuk bergandengan tangan mendukung proyek ini.
“Dengan kolaborasi semua pihak, saya yakin pembangunan ini akan jadi tonggak perubahan besar dalam sistem transportasi Balikpapan,” pungkasnya.(*/adv)