Oleh : Silvester Joni.
Penasatu.com-Manggarai Barat.NTT– Para kontestan Pilkada Mabar 2020, tampil dalam gelanggang politik dengan menenteng sejumlah produk politik yang berdaya guna mengubah tubuh politik Kabupaten ini. Produk politik yang termanifestasi dalam bentuk visi dan misi itulah yang semestinya dijual dan dipromosikan secara kreatif dalam pasar politik saat ini.
Mereka, muncul dan hadir di tengah publik. Selain memperlihatkan muka dan atribut fisik lainnya, mereka juga menawarkan “amunisi politik” yang bisa diandalkan dalam mempercepat proses pencapaian kesejahteraan publik Mabar. Dengan itu, publik konstituen memiliki alasan yang rasional dan realistis untuk menjatuhkan pilihan politik pada salah satu pasangan calon (paslon) tersebut.
Dalam tulisan ini, saya coba menganalisis lebih dalam kandungan makna dari visi dan misi yang digodok dengan sangat serius dan detail oleh paslon Edi-Weng. Tentu, intensi utama dari elaborasi kreatif ini adalah publik mendapatkan semacam referensi atau alat ukur mengapa kita memilih paslon tersebut. Tetapi, dalam momen ini, unsur visi politik menjadi fokus tilikan. Sedangkan, uraian tentang misi dari paslon ini, akan dijelaskan pada bagian lain.
Seperti yang sudah kita baca dan ketahui bahwa visi politik dari paslon Edi-Weng adalah “MABAR BANGKIT MENUJU MABAR MANTAP”. Visi ini lahir dari permenungan (kontemplasi) dan konfrontasi (perjumpaan) yang aktif dengan kenyataan faktual setting sosial politik Kabupaten Mabar. Artinya visi tersebut merupakan kristalisasi sekaligus manifestasi dari idealisme Paslon Edi Weng yang memotivasi mereka berlaga dalam kontestasi Pilkada ini.
Ada dua “frase politik kunci” dalam formulasi visi tersebut.
Pertama, Mabar Bangkit. Ungkapan ini menunjukkan bahwa kondisi pembangunan ekonomi, sosial, budaya, ekologi, politik, dll Kabupaten Mabar selama ini, masih berjalan stagnan atau belum optimal. Paslon Edi-Weng menggunakan indikator pertumbuhan ekonomi makro untuk memperkuat penilaian itu.
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi makro di Kabupaten Mabar, kita bisa melihat data statistik untuk beberapa variabel berikut yang umumnya masih berada pada kategori rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab. Mabar pada tahun 2018 hanya berkisar pada 62,58%, masih jauh di bawah angka rata-rata nasional sebesar 71,14%. Angka kemiskinan pada tahun 2018 masih tergolong tinggi, yaitu 18, 14% dari total jumlah penduduk Mabar. Angka ini tentu sangat tertinggal jika dibandingkan dengan rata-rata angka kemiskinan nasional sebesar 9,16%.
Untuk variabel pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Mabar memang mengalami tren peningkatan, sekitar 5,23%. Tetapi, Pertumbuhan ekonomi itu hanya meningkat pada sektor tersier (jasa pariwisata), sementara sektor sekunder dan primer seperti pertanian, perikanan, kelautan, kehutanan, peternakan dll mengalami pertumbuhan yang melambat.
Membaiknya unsur pertumbuhan ekonomi di atas, berimbas pada pengurangan angka pengangguran terbuka. Dibandingkan dengan angka pengangguran terbuka tingkat Propinsi NTT sebesar 3,01% dan tingkat nasional sebesar 5,34%, Mabar layak berbangga sebab angkanya tidak seberapa, sekitar 1,19%. Namun, data kuantitatip ini tak selalu sejalan dengan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat jika dikaitkan dengan fakta melimpahnya stok sumberdaya alam dan budaya di Mabar.
Berdasarkan data yang kurang menggembirakan itu, Paslon Edi-Weng terpanggil dan tertantang untuk “membangkitkan” gairah dan spirit politik publik Mabar dalam mengelola dan menata pelbagai potensi alam, budaya, dan sosial yang mengagumkan di Mabar ini. Tubuh politik Mabar perlu ‘dibangkitkan’ agar segerah ‘beranjak’ ke level yang lebih menggembirakan. Duet kepemimpinan Edi-Weng menjadi garansi tampilnya ‘pembangkit politik’ yang kredibel dan mumpuni. Mabar membutuhkan ‘pemimpin politik’ yang menjelma sebagai ‘pembangkit’ potensi politik yang berkelimpahan di Mabar ini.
Kedua, “menuju Mabar Mantap”. Ketika segenap elemen politik berhasil bangkit dan terjaga untuk mengelola sumber daya lokal yang melimpah itu, maka jalan menuju Mabar yang mantap itu semakin terbuka lebar. Mantap dalam visi politik ini merupakan akronim dari kondisi yang maju, unggul, tangguh, dan populer. Mabar Mantap itu tentu tidak jatuh dari langit, tetapi buah dari perjuangan dan proses yang melibatkan semua ‘elemen masyarakat’ yang sudah bangkit dari tidur panjang selama ini.
Dengan kata lain, Mabar bangkit merupakan prasyarat mutlak (conditio sine qua non) Mabar yang mantap. Rasanya sulit sekali mengharapkan terwujudnya idealisme Mabar Mantap, sebelum segenap komponen masyarakat mengalami kebangkitan politik yang spektakuler.
Untuk mengalami fase kebangkitan politik semacam itu, kita butuh pemimpin yang visoner, progresif, imajinatif, kreatif, inovatif, dan berintegritas. Paslon Edi-Weng sudah tak diragukan masuk dalam kualifikasi pemimpin politik semacam itu. Mereka sudah sangat “siap” untuk bersama publik menggulingkan batu politik penghalang dan penghambat tercapainya taraf kemaslahatan publik yang diidealkan selama ini.
Saya berpikir rumusan visi politik dari Paslon Edi-Weng ini memiliki makna yang sangat bernas atau berbobot. Imajinasi politik mereka cukup kreatif, logis, dan realistis. Mabar tidak seharusnya berada dalam kubangan persoalan politik negatif yang sama dari tahun ke tahun seperti kemiskinan, penyakitan, pengangguran, pelayanan birokrasi yang buruk, isu sampah, air minum bersih, infrstruktur yang buruk, jika pemimpin politik memiliki komitmen, kecerdasan dan kecakapan teknis untuk menggerakkan dan menghidupkan potensi dasar yang dimiliki oleh masyarakat Mabar.
Visi politik yang jenius dari paslon Edi-Weng akan semakin kontekstual, relevan dan urgen untuk dipahami, jika kita membaca sejumlah misi politik guna menopang perwujudan visi tersebut. Saya akan mengupas konektivitas, keterkaitan antara visi dan misi tersebut pada tulisan berikutnya.*
Penulis : Alfonsius Andi
Editor : penasatu.com