Surakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan optimisme kebangkitan Indonesia dari dampak pandemi Covid-19. Menurut Menkeu, dengan latar belakang dan tujuan tersebut, Pemerintah menerbitkan Perppu 1/2020 yang kemudian disahkan menjadi UU 2/2020.
“Sehingga ruang untuk kebijakan fiskal, moneter, dan sistem keuangan yang extraordinary menjadi responsif dan fleksibel menghadapi tantangan yang rumit dan genting,” ujarnya saat membacakan Orasi Ilmiah “Pandemi Covid-19 & Kebijakan Extraordinary” dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) di Surakarta, Jumat (11/03/2022).
Menkeu Sri Mulyani menjelaskan sejak Maret 2020 sewaktu WHO menyatakan Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi sebuah pandemi seperti musim dingin yang muram dan beku mencekam dunia.
“Kejadian yang luar biasa (extraordinary) dan sangat dahsyat. Pada saat itu, harga komoditas jatuh dan bahkan harga minyak mentah pernah mencapai minus $37 per barel pada bulan April 2020. Indonesia juga mengalami tekanan dengan arus modal keluar mencapai Rp121,8 Triliun hanya di bulan Maret 2020. Kegiatan ekspor dan impor berhenti. Volume perdagangan global di tahun 2020 terkontraksi sangat dalam -8,2%,” jelasnya.
Menurut Menteri Sri Mulyani, instrumen yang sangat vital dan utama dalam menghadapi peperangan pandemi dan tantangan multidimensi ini adalah Keuangan Negara (APBN). Langkah pemerintah ini membawa dampak yang baik bagi Indonesia. Kebijakan APBN yang fleksibel, adaptif dan responsif namun tetap prudent dan akuntabel memberikan hasil yang baik
“Respons pemerintah yang juga luar biasa dalam menanggulangi pandemi. Selain itu, melalui APBN pemerintah juga meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sebuah program komprehensif antar kementerian dan lembaga namun terkoordinir secara terpusat untuk menangani krisis kesehatan dan ekonomi,” tuturnya.
Menkeu menjelaskan APBN 2020 mencatatkan defisit sebesar 6,14% dari PDB, namun mampu menahan kontraksi ekonomi Indonesia pada level -2,1%. Hal itu menahan lonjakan kemiskinan dan pengangguran. Sementara itu, fleksibilitas dan responsivitas APBN telah mampu memulihkan ekonomi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan mencapai 3,69%.
“Pemulihan ekonomi yang terjadi ini juga mampu membawa tingkat kemiskinan kembali ke level single digit menjadi 9,71% per September 2021, APBN menjadi instrumen sentral dalam pemulihan ekonomi,” ungkap Sri Mulyani.
Lebih lanjut lagi, menurut Menkeu meskipun di tengah pandemi, bukan berarti reformasi struktural akan ditunda. Melainkan justru menjadi momen yang baik. Menkeu memberikan perumpamaan bahwa besi mudah dibentuk ketika masih panas, sehingga agenda reformasi struktural tidak ditunda, justru diperkuat untuk membangun fondasi ekonomi yang makin kokoh.
“Reformasi dijalankan untuk menangani masalah fundamental, seperti penguatan kualitas sumber daya manusia, kemudahan berusaha, serta hilirisasi dan transformasi ekonomi, reformasi APBN dan Keuangan Negara adalah keniscayaan dan kebutuhan,” tandasnya.
Mengawali orasinya yang penuh optimistisme, Menkeu mengutip pepatah yang sangat sesuai dalam menggambarkan suasana saat ini. “No matter how long the winter, spring is sure to follow. Betapapun lamanya musim dingin, yang beku, gelap, murung dan mencekam, musim semi yang ceria pasti akan datang,” ungkapnya.
Orasi ditutup dengan kutipan motivasi dari Menkeu “even the hardest of winters fears the spring”, yang artinya badai terdahsyat pun akan takut akan datangnya musim semi. “Setiap masa selalu ada tantangannya, setiap tantangan selalu ada jawabannya, dan setiap masa selalu ada tokohnya. Ke depan masih akan ada badai dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia, kita harus selalu siap,” ujar Menkeu.
Dalam Dies Natalis ke-46 UNS, Menkeu Sri Mulyani menerima penganugerahan UNS Award tahun 2022 berupa penghargaan “Parasamya Anugraha Dharma Bhakti Upa Bhasana”. UNS memberikan penghargaan ini sebagai bentuk pengakuan kepada individu yang telah memberikan kontribusi yang luar biasa konsisten pada kesehatan ekonomi global dan sistem keuangan.
Penghargaan ini menunjukkan kerja keras yang dilakukan oleh Menkeu sebagai seorang pemimpin dan sebagai publik figur telah berkontribusi menyelamatkan tidak hanya stabilitas ekonomi dalam negeri dan dunia global.(*/kmf RI)