Menelusuri Peradaban Dunia di Turki (4) Badiuzzaman Said Nursi Yang Kharismatik

0
970

Foto.Kegiatan pendidikan singkat di Istanbul Foundation

Oleh : Andy Ar Evrai

Penasatu.com, Turki – Bagi saya bisa mendapatkan pendidikan di Istanbul Foundation ini adalah sebuah keberuntungan karena materi yang disampaikan sangat bagus dan penting terutama berkenaan tentang sejarah perjuangan Said Nursi dalam menyelamatkan masyarakat Turki dari sekularisme dan pemerintahan yang otoriter.
Bediuzzaman Said Nursi lahir di desa Nurs, provinsi Bitlis, sebelah timur Turki pada 1877. Ia berdarah asli Kurdi. Kedua orang tuanya pemeluk Islam yang taat dan menjalani gaya hidup yang saleh dan bersahaja. Said Nursi memulai pendidikannya di rumah dan mempelajari dasar-dasar keislaman dari ibunya yang menginspirasinya untuk menekuni persoalan-persoalan keislaman.

Menurut Muhammad Mojlum Khan dalam 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah (2008), sejak kecil, Said Nursi tertarik kepada sufisme dan ajaran-ajaran pendiri tarekat Qadiriyyah yang berpengaruh, Abdul Qadir al-Jilani. Hubungan spiritual dan kasih sayangnya terhadap Syeikh al-Jilani terus menumbuh dari hari ke hari. Dia mengklaim telah “dibimbing” oleh syekh sufi yang mulia ini, tatkala melakoni masa-masa paling bergolak dalam kehidupannya (hlm. 797).

Abdullah, abang Said Nursi, kemudian memotivasinya untuk memasuki sekolah di desanya ketika Nursi berusia 9. Diberkati ingatan kuat dan otak yang tajam, dia berhasil menghafal Alquran tanpa harus bersusah-payah. Setelah meraih gelar diploma dalam ilmu-ilmu keislaman pada usia 14, Said Nursi mempertimbangkan untuk meninggalkan pendidikan formal. Setelah itu, dia mengaku bermimpi bertemu Nabi Muhammad, yang mendorongnya untuk kembali melanjutkan studi.

Said Nursi menguasai ilmu-ilmu keislaman tradisional di bawah bimbingan para ulama terkemuka, seperti Syekh Mehmed Celali dan Syekh Mehmed Emin Efendi. Setelah lulus sebagai sarjana Islam, Said Nursi pindah ke dekat Siirt. Di sanalah seorang ulama terkemuka bernama Syekh Fetullah Efendi menjulukinya ‘Bediuzzaman’ (keajaiban zaman), karena keluasan ilmu dan pengetahuannya. Ketika popularitasnya menyebar ke penjuru Siirt, para ulama lokal dikabarkan menjadi sangat iri kepada Said Nursi (hlm. 797-798).

Setelah menguasai ilmu-ilmu keislaman tradisional, Said Nursi mengejar pendidikan lanjutan dalam bidang filsafat, mistisisme, sejarah, matematika, dan fisika. Pendekatan terhadap ilmu pengetahuan modern membuka cakrawala intelektualnya atas bahaya pemikiran sekuler Barat.

Hal ihwal itu mendorong Said Nursi untuk tidak hanya menentang pembagian sistem pendidikan Turki, tetapi juga mengimbau para pemimpin politik dan religius Turki untuk mereformasi kurikulum pendidikan agama. Dengan begitu, sebuah generasi ulama baru dapat dididik untuk menghadapi pelbagai tantangan yang dimunculkan oleh filsafat dan ideologi Barat—sistem berpikir yang, menurut Said Nursi, tidak mengenal Tuhan (hlm. 799).

Selama periode ini, dia aktif terlibat dalam urusan sosial-politik Kekhalifahan Turki Usmani. Sukran Vahide meneroka dengan cerkas-puitis dalam Islam in Modern Turkey: An Intellectual Biography of Bediuzzaman Said Nursi (2005) bahwa Said Nursi ikut serta dalam perang melawan Rusia di garis depan Kaukasia. Tertangkap oleh pasukan Rusia, Said Nursi menghabiskan waktu selama dua tahun sebagai tawanan perang di Rusia. Pada 1918, Said Nursi berhasil meloloskan diri dan kembali ke Istanbul lewat Wina. Di pinggiran kota Istanbul, dia berziarah ke makam Abu Ayub al-Anshari, salah seorang sahabat Rasulullah (hlm. 113).

Pengasingan spiritual di dekat makam Abu Ayub mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan. Said Nursi kemudian melakukan sebuah studi mendetail atas Alquran, Futuh alGhaib (Menyingkap Alam Gaib) karya Syekh Abdul Qadir al-Jilani, dan Maktubat (Surat-surat) karangan Imam Rabbani Syekh Ahmad Sirhindi. Sesudah itu, Alquran menjadi sumber utama bimbingan dan pencerahan spiritual baginya (hlm. 114)(sumber Tirto}.

Yang menarik Said Nursi tidak menganjurkan pengikutnya maupun rakyat Turki untuk mengangkat senjata melawan kezaliman dan penindasan pemerintahan Attaturk, sebab bagi Nursi jalan kekerasan tidak akan menyelesaikan sebuah permasalahan.
Kalau Attaturk bisa ditumbangkan maka akan muncul kembali puluhan bahkan ratusan Atturk yang mungkin lebih kejam dalam menindas. Maka Nursi pun mengajak pengikutnya untuk menyebarkan dakwah Islam dan kasih saying untuk menyelamatkan umat Islam Turki dari kehancuran peradaban Islam. Karena itulah dia tidak berhenti untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam dimana pun dia berada.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here