Masalah PPDB, Parlindungan Dorong Pemkot Balikpapan Perhatikan Sekolah Swasta

0
160

Balikpapan, penasatu.com – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2024-2025 di Balikpapan masih berkutat di permasalahan kurang tersedianya Ruang Belajar (Rumbel) bagi murid murid baru.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Balikpapan, Parlindungan Sihotang mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan untuk menghidupkan sekolah swasta. Hal itu menyusul keterbatasan jumlah ruang belajar (Rumbel) di sekolah negeri.

“Rumbel kita lebih dari cukup untuk kota Balikpapan, kalau di hitung dengan sekolah swasta, jangan berbicara sekolah negeri,” ucap politisi NasDem yang karib di sapa Parlin, saat diwawancarai awak media di ruang Komisi IV, Senin (24/6/2024) kemarin.

Parlin menambahkan, dalam undang-undang sudah jelas, kalau kebutuhan besaran kebutuha sekolah negeri sebesar 70 persen dan sekolah swasta 30 persen. Dan seharusnya yang 30 persen ini harus bisa di hidupkan agar masyarakat tidak hanyar terfokus untuk ke sekolah negeri.

Ia mengatakan, kalau jumlah ruang belajar di Balikpapan di hitung secara menyeluruh, maka ketersediaan ruang belajar cukup untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hanya saja, kata Parlin, perhatian pemkot terhadap sekolah swasta masih belum mencapai 100 persen, baik itu memberikan bimbingan, maupun membina sekolah swasta dari segi kurikulum dan managemen.

“Seharusnya mereka diberikan apresiasi, karena mereka dapat mendirikan sekolah swasta tanpa dibantu oleh pemerintah. Padahal mereka sama-sama bertujuan mencerdaskan anak bangsa,” kata Parlin.

Parlin menuturkan, pemerintah seharusnya bisa menganggarkan melalui APBD agar peserta didik yang tidak mampu dan tempat tinggalnya berada dekat dengan sekolah swasta yang bagus, namun tidak bisa bersekolah di sekolah tersebut.

“Jadi jangan sampai anak didik yang berada di sekitar sekolah itu hanya melihat gedungnya saja yang mewah, tapi tidak bisa bersekolah disitu lantaran keterbatasan biaya,” ujarnya.

“Disitu peran pemerintah untuk bisa meminta kuotanya dengan  menggunakan APBD, lalu masukan anak didik kurang mampu yang berada di sekitar sekolah disitu,” terangnya.

“Seharusnya setiap kelulusan orangtua semuanya senang, tapi kenyataannya setiap kelulusan orangtua murid menangi, anaknya pun ikut menangis, karena sulitnya mencari sekolah,” pungkas Parlin.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here