Balikpapan, Penasatu.com – Makta, salah satu komisioner Komisi Pemilihan umum (KPU) kota Balikpapan terpilih periode 2024-2029 lahir di Batubanawa salah satu desa di Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara.
“Bersekolah SD SMP sampai SMA di sana. Tahun 2012 saya lulus SMA, waktu itu belum menemukan mau kemana saya melanjutkan,” ungkapnya.
Pas di tahun 2013 itu saya diajak salah satu kawan yang memang merantau di Balikpapan, Bang Hamrin namanya. Ikut di Balikpapan saya sempat kerja selama setahun, setelah itu ternyata kawan saya ini kuliah. Saya pun akhirnya tertarik karena hampir setiap hari saya berdiskusi, saya cerita tentang kerjaan, dia cerita tentang kuliah.
Akhirnya saya tertarik, saya sempat berpikir waktu itu persoalan kuliah terkait uangnya itu nanti gitu kan, yang penting kita jadi dulu mahasiswa, sehingga dari 2013 ke 2014 itu saya nabung, kerja bangunan saya, karena memang gak punya skil lebih dari kampung kan, paling ya bangunan aja. Terus saya sempat juga kerja di salah satu waterpark, jadi cleaning servis sampai jadi lifeguard yang jagaian pengunjung.
Terus, dari tabungan kerja itu daftar di universitas balikpapan tahun 2014, pakai duit yang saya kumpulkan selama setahun kurang lebih 6 jutaan.
Dua mingguan saya masuk kuliah, saya mulai tertarik dengan organisasi, saya masuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat itu, kemudian karena keterbatasan waktu yang sehari-hari diskusi saya akhirnya lebih fokus kerja, karena memang prinsip saya saat itu kalau tidak berorganisasi saya masih tetap bisa kuliah, kalau saya tidak kuliah saya tetap harus kerja, karena kalau saya tidak kerja saya tidak bisa berogranisasi dan kuliah.
Berjalannya waktu, 2015 saya masuk mahasiswa pecinta alam, dikader disitu menjadi anggota. Kurang lebih keadaan nya sama, saya sempat tidak aktif karena harus kerja. Kemudian di 2016 saya menemukan organda, himpunan mahasiswa buton, saya sempat aktif dan sempat menjabat ketua saat itu.
Nah di 2018 saya putuskan untuk aktif kembali di mahasiswa pecinta alam. Ketika saya aktif 2019 saya dipilih menjadi ketua saat itu.
Di pertengahan tahun 2016 itu saya juga sempat nikah, kemudian tinggal di belakang perumahaan regency, ngontrak di bedeng kecil dari triplek yang ditempel, 300 ribu perbulan bayar sewa disitu. Cuma syukurnya saat itu ada listrik dan airnya.
Istri juga cukup kuat bertahan disitu, kurang lebih 4 tahun bertahan disana sampai 2020. Berjalan apa adanya aja saat itu, nikah di 2016 dan punya anak satu di 2017.
Dan ada titik titik tertentu yang kosong saya alami, itu sebenarnya yang bikin, kehilangan satu ternyata tumbuh yang lain, kira-kira begitu.
Kemudian di 2020 itu, saya mulai fokus selesaikan kuliah saat itu, disaat bersamaan saya juga dapat kesempatan kerja disalah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengelasan. Disitu sudah mulai membaik kehidupan, gaji UMK cukup lah untuk penghidupan, tapi saya sempat harus merelakan pekerjaan ini karena ada sesuatu hal di Organisasi yang harus saya kerja kan saat itu, ada kontribusi balik yang saya dapat di organisasi mapala saat itu, saya rasakan itu, saya sampaikan akhirnya saat itu ke istri, bahwa saya harus ambil tanggungjawab itu di organisasi, saya izin kerja, saya selesaikan tanggung jawab di organisasi, saya buat surat izin cuti kerja, pulang dari kegiatan organisasi rupanya saya sudah dipecat saat itu (tertawa).
Mulai 2021 alhamdulilah ada salah senior mapala pinjamkan tanah nya saat itu di sungai ampal, saya kemudian buka usaha bengkel les dari situ, saya buat bedeng-bedeng, saya hitung kebutuhan nya, alhamdulilah hasilnya cukup saat itu berbarengan juga karena cukup modal, istri kemudian buka warung klontongan saat itu.
Karena hasil cukup, dan kerja dengan usaha las cukup menguras waktu, saya coba peruntungan dengan ikut seleksi panwaslu, saya sampaikan ke istri upahnya sekitar 1 juta 900 perbulan, berbading jauh sebenarnya dengan hasil las, tapi saat itu istri akhirnya support untuk ikut panwaslu di balikpapan tengah.
Berjalannya waktu, ternyata ikut panwaslu asik juga, kebetulan saya didivisi yang menangani pelanggaran. Bertemu dengan banyak orang dan sempat menangani beberapa kasus saat itu.
Akhirnya saat ada seleksi KPU, saya coba komunikasi dengan beberapa orang yang saya kenal, sempat ditanyain juga, emang kamu punya kemampuan ?. Saya jawab punya lah, saya rajin baca dan hal-hal teknis lainnya.
Berjalannya waktu, saya coba tes, 2 kali tes di Balikpapan, 2 kali tes di Samarinda pas tes di samarinda saya berangkat naik motor bolak balik.
Pas nunggu hasil, cukup lama, pas masuk 10 besar saya mengundurkan diri dari panwaslu. Kemudian, pengumuman di 24 Maret ternyata saya lolos.
Istri saat tau lolos, cukup kaget, karena sempat gak percaya. Bahkan saya sempat tanya ke salah satu senior di Mapala saat itu hanya diminta berdoa sebanyak-banyaknya, berpasrah sepasrah-pasrahnya. Setiap saya tanya hanya itu pesan nya sampai akhirnya keluar pengumuman.(*)