Balikpapan, Penasatu.com – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Internews dan USAID MEDIA mengadakan diskusi terbuka tentang Trustworthy News Indicators, dengan tema Kolaborasi Tangkal Hoax Jelang Pemilu 2024. Acara yang digelar di ballroom Hotel Suite Royal Balikpapan tersebut menjadi satu rangkaian kegiatan dengan Konferensi Wilayah (Konferwil) ke-2 AMSI Kalimantan Timur.
Diskusi publik yang dimoderatori dosen Universitas Balikpapan Andi Surayya, menghadirkan tiga narasumber dari tiga lembaga. Kepolisian Daerah Kalimantan Timur diwakili oleh AKP Syakir Arman yang merupakan pimpinan Sub Direktorat V Siber. Wamustofa Hamzah hadir mewakili Bawaslu Propinsi Kalimantan Timur, sementara pembicara ketiga adalah Direktur Eksekutif AMSI Stefanus Felix Lamuri.
Sementara dari undangan nampak hadir beberapa perwakilan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur, Kodam VI Mulawarman Kaltim, Lantamal XIII Balikpapan, jajaran Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Kaltim, Basarnas Kaltim, termasuk sejumlah dosen. Sejumlah awak media juga menyempatkan diri hadir dalam diskusi yang diadakan secara hybrid pada Rabu pagi (20/12/2023).
Koordinator Wilayah AMSI Kalimantan, Sumarsono dalam sambutannya menyampaikan bahwa AMSI Kalimantan Timur mempunyai peran penting upaya menangkal hoax melalui pemberitaan media yang punya indikator Trustworthy. “Berita itu disusun melalui proses yang cukup panjang karena ada beberapa yang perlu dilakukan yaitu kaidah-kaidah jurnalistik dan check and recheck”. Potensi media sebagai benteng penangkal hoax nampaknya tidak dapat ditawar lagi, lanjut Sumarsono.
Chief of Party Internews Indonesia, Eric Sasono juga memahami bahwa media menghadapi tantangan yang sangat besar yaitu berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap media yang disebabkan oleh banyak faktor, “Kami sangat menghargai upaya Asosiasi Media Siber Indonesia untuk mengembalikan kepercayaan itu dengan membuat Trustworthy News Indicators ini”, papar Eric Sasono lebih jauh.
Trustworthy sendiri merupakan upaya self regulation atau swa-regulasi media dalam memproduksi berita untuk kepentingan publik. Diharapkan dengan disiplin menerapkan indikator Trustworthy, kepercayaan publik terhadap media akan didapatkan. Ini bukan upaya yang mudah di tengah tekanan dan kesulitan yang dialami oleh bisnis media. Sehingga menurut Eric, dalam konteks melawan hoax, upaya ini tidak dapat dilakukan sendiri oleh media. “Menjadi penting melibatkan banyak pihak termasuk pemangku kepentingan kunci media yang memiliki kesamaan prinsip”, tegas Eric lebih jauh.
Wamustofa Hamzah dari Bawaslu menggarisbawahi pentingnya inisiatif semacam Trustworthy ini. “Bagaimana mungkin kita dapat melawan ratusan hingga ribuan hoax sehari? Ini harus menjadi sebuah kerjasama kolaboratif terutama dalam situasi Pemilu saat ini”, jelas anggota Bawaslu Propinsi Kaltim yang akrab disapa bang Tofa.
Terlebih informasi hoax yang beredar cepat saat ini kerap bersumber dari pihak yang tidak kita duga. Seperti pernyataan Syakir Arman, “Hoaks tidak hanya didapatkan dari orang yang tidak kita percaya tetapi justru dari orang yang kita percaya. Dan itu menyulitkan untuk dibendung penyebarannya”. Penegak hukum siber Polda Kaltim ini bahkan merinci lebih jauh kerumitan proses menghadang hoax. “Dalam proses tahapan pemilu, peningkatan mis dan disinformasi (hoaks) sulit dibendung. Disamping perlu penelaahan awal, pengungkapan kasusnya kerap berliku-liku”. Lalu apa kunci solusi yang mungkin dapat diupayakan? Menurut Syakir pilihan kolaborasi dapat menjadi alternatif solusi. “hal itu tidak cukup dilakukan oleh kami saja. Atau KPU saja, melainkan oleh beberapa pihak yang dapat dipercaya oleh masyarakat dan salah satunya adalah media”.
Trustworthy News Indicators ini merupakan gabungan dari Brand Safety dan kode etik dari Dewan Pers yang menjadi model standar bagi anggota AMSI. Cara menangkal berita hoaks memang memerlukan keahlian khusus yang ada pada media terpercaya dan konfirmasi dari pejabat tertentu menjadi skema paling pas. Felix pun menunjukan data bagaimana potensi hoax justru muncul dalam peristiwa tertentu. “Angka hoax meroket justru di tahun politik 2019, dan menjadi rekor tertinggi dalam 5 tahun terakhir”. Sifat preventif yang dapat dihadirkan oleh media adalah penerapan sebelas indikator Trustworthy dalam alur kerja jurnalistik, papar Felix.
Di penghujung diskusi, Andi Surayya mengingatkan bahwa setiap orang punya potensi untuk menjadi penyebar hoaks. “Jadi menjadi penting mengenal cara atau ciri-ciri hoax agar dapat dihindari”, kata Andi. Dalam konteks pemilu, menurut Andi, kolaborasi para pihak, ditambah dengan pelibatan Trustworthy akan jadi resep jitu penangkal hoax. Setidaknya, kita akan punya model pendekatan yang lebih kontekstual, ucapnya menutup diskusi. (*)