Penasatu.com , Kutai Barat – Taman anggrek Gersik Luway di Kabupaten Kutai Barat (Kubar) kini dalam ancaman serius akibat kebakaran yang melanda kawasan itu dalam beberapa hari terakhir. Pantauan penasatu.com sejak jum’at malam hingga sabtu kemarin , setidaknya ada 2 titik api kecil dan 2 titik api besar mengelilingi kawasan yang ditetapkan sebagai cagar alam sejak 1982 itu.
Api nampak menerangi langit padang Gersik luway meski dengan jarak sekitar 2 kilo meter. Sejumlah mobil pemadam kebakaran dan kendaraan roda dua berjejer di pos jaga tepatnya di pintu masuk cagar alam pemilik ragam jenis anggrek itu.Sabtu 21/9/2019.Kemarin.
Puluhan orang baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat sekitar mengawasi kondisi api. Jarak dari pos jaga hingga titik api masih sekitar 2-3 kilo meter. Sementara akses jalan menuju lokasi sulit dilewati kendaraan, karena kawasan padang luway dipenuhi pasir putih yang jadi keunikan gersik luway.
“Sebut saja Hami salah satu warga kampung Sekolaq Darat, kecamatan Sekolaq Darat yang ikut memadamkan api mengaku sudah sekitar enam hari kebakaran melanda kawasan itu. Dirinya bersama puluhan warga lain yang memang memiliki ladang disekitar cagar alam ikut turun bersama memadamkan api.
Namun apa daya peralatan sangat terbatas. Tidak adanya sumber air ditambah harus berjalan kaki ribuan meter membuat upaya jadi sia-sia. Sedangkan api kata dia sudah menghanguskan ratusan hektar lahan di sekitar cagar alam maupun dalam hutan anggrek.
“Sejak ada api sudah ada saya disini sekitar satu minggu lalu mulai dari GBU. Kami jaga api karena ini dekat sudah dengan karet kami. Kesana mau ikut padam itu kami hanya bawa air di tengki saja mobil tidak bisa masuk karena jalannya kecil. Kalau saya liat ini sudah ratusan hektar yang terbakar,” katanya.
Lanjutnya, Hami tidak tau persis dari mana asal mula titik api. Dia juga menepis anggapan masyarakat lokal pemilik ladang yang membakar, karena sampai saat ini tidak ada lahan milik warga yang terbakar. Namun karena api perlahan mendekati perkebuan karet milik warga, mereka akhirnya ikut bermalam di tengah hutan bersama dengan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan BPBD.
“Banyak yang tidak ada lahan disini tapi ikut juga bantu. Hampir 30 orang tiap hari karena kami jaga api di cagar alam. Kalau ladang banyak aja disini tapi belum ada yang bakar takut api mana musim panas begini takut juga kita harus hati-hati,” ujarnya.
Kepala seksi rekonstruksi BPBD Kubar Seldas Limbong ditemui di lokasi mengaku tak ingin satu-satunya taman pemilik puluhan jenis anggrek di dunia yang ada di gersik luway itu mengalami nasib yang sama di tahun 2015.
Kala itu ratusan hektar lahan anggrek dilahap si jago merah yang mengakibatkan hilangnya sejumlah spesies anggrek. Karena itu dirinya bersama tim dari BKSDA Kaltim dan sejumlah organisasi lainnya tak kenal lelah memberi komando regu pemadam untuk selalu siap setiap saat. Seldas mengaku sulitnya medan tempuh ditambah terbatasnya peralatan jadi kendala serius di lapangan.
“Ini wilayah konservasi dibawah BKSDA tapi karena ini di dalm wilayah kabupaten Kutai Barat, jadi kami dari BPBD, Manggala Agni, kemudian KPH batu Ayau, TNI-POLRI bersama masyarakat di tempat ini bahu membahu menanggulangi karhutla yang akan merambat ke wilayah konservasi gersik luway”, ujar Seldas.
“Apinya ini mengarah ke daerah pulau satu dua dan tiga. Karena pulau empatnya sudah terbakar jadi fokus kita harus lindungi yang ada spesies anggrek itu,” bebernya.
Seldas mengaku pihaknya sudah menempatkan sejumlah embung buatan di dua titik terdekat untuk mengantisipasi apinya meluas. Disetiap embung sudah diisi air melalui selang sepanjang hampir 1 km.
Diketahui kawasan konservasi padang luway menjadi ikon wisata alam di bumi macan dahang, Kutai Barat. Hutan yang berada diatasketinggian 200 meter di atas permukaan laut ini menyimpan misteri tersediri. Yakni adanya pasir putih di tengah hutan rimba seluas puluhan hektar. Secara keseluruhan total cagar alam ini seluas 5000 hektar.
Gersik Luway berada di tiga kecamatan yakni kecamatan Melak, Sekolaq Darat dan kecamatan Damai Kabupaten Kutai Barat provinsi Kalimantan Timur. Di sini, terdapat koleksi tanaman langka Indonesia seperti Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) dan Kantung Semar (Nephentes), serta puluhan jenis anggrek lainnya yang diyakini hanya ada di daerah tersebut. Namun jumlahnya mulai berkurang bahkan beberapa spesies hilang akibat bencana kebakaran serta ulah orang tidak bertanggung jawab yang mengambil demi koleksi pribadi..