Keterangan foto, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan Silvi Rahmadina.
Balikpapan, Penasatu.com – Pemerintah Kota Balikpapan membentuk kampung siaga bencana sebagai upaya mitigasi terhadap potensi penanggulangan bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan Silvi Rahmadina mengatakan, bahwa untuk tahap awal, kampung siaga bencana ini dibentuk di kecamatan Balikpapan Selatan, dengan melibatkan tujuh kelurahan.
“Jadi kita akan membentuk kampung siaga bencana atau kampung tangguh bencana, yang kita sebut Katana (keluarga tangguh bencana), disitu akan terbentuk forum pengurangan resiko bencana yang menjadi mitra kerja pemerintah dalam melaksanakan edukasi ke masyarakat,” kata Silvi ketika diwawancarai wartawan di Balai Kota Balikpapan, Senin (26/9).
Ia menargetkan, bahwa program ini tidak hanya dilaksanakan di Kecamatan Balikpapan Selatan, ditargetkan program ini dapat dilanjut ke seluruh kecamatan. Hal itu menjadi tantangan bagi instansinya untuk membentuk ketangguhan keluarga dalam menghadapi bencana.
“Jadi kita sebenarnya ketangguhan ada nilainya, yang paling rendah itu mitigasi ke masyarakat. Dan masyarakat itu sebagian kecil saja tahu cara menyelamatkan diri. Atau bagaimana cara mematikan api ketika muncul di kompor, itu kurang dari 50 persen. Disinilah fungsi kita untuk memberikan edukasi kepada masyarakat,” terangnya.
Menurut Silvi, pelaksanaan program kampung siaga bencana ini tidak hanya melibatkan masyarakat, namun juga para akademisi, pakar dan media, serta dunia usaha dan pendidikan
Dia menambahkan, bahwa penerapan kampung siaga bencana ini juga merupakan bagian dari program SIGAP atau Sinergi Antisipasi Bencana.
“Upaya penanganan bencana itu tidak bisa diantisipasi oleh satu instansi saja. Harus kolaborasi bersama seluruh elemen masyarakat itu sendiri.
“Yang ada ini, pembekalannya hanya dari sisi kebencanaan saja, sekarang kita membekali pada bagaimana masyarakat kemampuan untuk P3K ketika bencana terjadi misalnya anaknya ada yang jatuh berdarah, minimal itu bisa diatasi mandiri oleh anggota keluarga,” tuturnya.
Kemudian juga membekali mental dan psikologis. Karena bagaimana kalau punya pengetahuan mematikan api, tapi tidak punya kemampuan untuk mengatasi panik.
“Kita juga menggaet DP3AKB untuk bisa mengatasi hal tersebut. Sehingga ketika terjadi bencana langkanya bisa cepat, tepat dan selamat,” pungkasnya.
penulis: eds.