Penasatu.com, Balikpapan – Tampil sebagai narasumber Diskusi Hulu Minyak Gas Bumi (Migas) gelaran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Kalimantan Sulawesi (Kalsul), Dr Aji Sofyan Effendi SE MSi, cukup memukau dan memerahkan telinga.
“Dibandingkan negara lain, penghasilan migas di bumi Kaltim sangat kecil. Jadi orang Kaltim jangan pujungan,” kata Aji Sofyan Effendi di Forum Diskusi Hulu Migas yang berlangsung di Lantai 10 Jatra Hotel, Balikpapan, Kamis (11/7).
Pujungan adalah bahasa daerah yang berarti; jangan banyak gaya atau angkuh. Dosen Fakultas Ekonomi Unmul ini juga mengungkapkan, penghasilan asli daerah (PAD) dibawah 10 persen, padahal Kaltim adalah penghasil sumber daya alam (SDA) migas dan batubara. Kaltim sudah berjuang keras agar pemerintah pusat bisa memberikan dana bagi hasil (DBH) migas lebih dari 10 persen, tapi tak juga berhasil sampai saat ini.
Dampak kecilnya DBH sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya warga di desa-desa daerah ini. “Tercatat 836 desa dimana 82 persen lebih adalah desa tertinggal, sangat tertinggal,” katanya disambut aplaus peserta diskusi. Infrastruktur jalan, pendidikan dan kesehatan di Bumi Etam ini masih sangat mengenaskan. “Mungkin saja kita yang disini sudah pernah berpariwisata ke tempat yang indah-indah. Tapi coba ke wisata lumpur di pedalaman Kaltim,” katanya seraya memperlihatkan foto kubangan lumpur di jalan pedalaman Kaltim.
Juga disinggung belum rampungnya jalan tol Balikpapan – Samarinda yang sudah 10 tahun dan jembatan Pulau Balang Balikpapan – Penajam Paser Utara (PPU) yang sudah berumur 7 tahun tak tuntas-tuntas.
“Bandingkan dengan pembangunan jalan tol di Pulau Jawa yang ribuan kilometer, dibangun hari ini besok selesai, tapi jalan tol kita yang cuma 92 kilometer belum juga rampung,” katanya disambut tawa dan aplaus peserta diskusi. Ironis memang.*
Wartawan: BS/Riel Bagas
Editor: penasatu.co.