Teks foto: Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan, Jen Supriyanto, menjelaskan DAS Ampal menjadi prioritas utama karena aliran ini mencakup kawasan padat aktivitas
Penasatu.com, Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan terus menggenjot berbagai proyek pengendalian banjir, khususnya di dua daerah aliran sungai (DAS) yang dianggap paling berpengaruh terhadap genangan air di kota minyak, yakni DAS Ampal (Klandasan Besar) dan DAS Klandasan Kecil.
Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan, Jen Supriyanto, menjelaskan DAS Ampal menjadi prioritas utama karena aliran ini mencakup kawasan padat aktivitas, mulai dari Pasar Segar, Zurich, hingga Balikpapan Super Block (BSB).
“DAS Ampal ini yang paling berpengaruh terhadap banjir di Balikpapan. Ada beberapa opsi penanganan, mulai dari pembangunan rumah pompa, pelebaran saluran, hingga bendali. Namun, pembangunan bendali Ampal Hulu menjadi fokus pertama karena lahannya sudah dibebaskan seluas 9,4 hektare di belakang Pasar Segar,” ujarnya, Selasa (26/8/2025).
Menurut Jen, anggaran sebesar Rp100 miliar sudah digelontorkan untuk pembebasan lahan, dengan realisasi sekitar Rp47 miliar. Namun, pembangunan fisik bendali Ampal Hulu masih menunggu dukungan anggaran tambahan, baik dari APBN melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) maupun Pemerintah Provinsi.
Sementara itu, pengerukan lahan bendali telah dilakukan bekerja sama dengan TNI melalui program karya bakti dengan anggaran sekitar Rp6 miliar. Progres pengerukan mencapai 60 persen dan ditargetkan selesai akhir Agustus 2025.
“Kalau nanti fisiknya terbangun, bendali Ampal Hulu ini bisa mereduksi banjir hingga 40 persen. Kapasitasnya bisa menampung sekitar 160 ribu meter kubik air,” jelas Jen.
Selain Ampal, Pemkot juga melakukan revitalisasi bendali lain yang menjadi kewenangan daerah, seperti Bendali Wonorejo, Boulevard Balikpapan Baru, dan Bendali Gang Kantil.
Beberapa proyek saluran juga tengah dikerjakan di Jalan Beler, Inhutani, Hasanuddin, Sudirman, hingga kawasan pelabuhan Yos Sudarso.
“Ada bendali yang jadi kewenangan BWS, ada juga yang jadi tanggung jawab kota. Tahun ini kita juga tangani banjir di kawasan Atorik dan perbaikan saluran di depan Kantor Pos hingga arah laut. Semua dilakukan bertahap sesuai kemampuan anggaran,” terangnya.
Meski begitu, Jen mengakui penanganan banjir membutuhkan waktu, biaya besar, dan sinergi lintas instansi. Karena itu, ia berharap dukungan penuh masyarakat agar tidak membuang sampah ke saluran serta mendukung pembebasan lahan yang masih tersisa.
“Kita siapkan bendali dan saluran, tapi kalau perilaku masyarakat tidak berubah, banjir tetap akan berulang. Jadi kolaborasi pemerintah dan warga itu kunci,” tegasnya.(*/adv)