Teks foto, Kepala Disperkim Balikpapan, Rafiuddin.
Penasatu.com, Balikpapan – Langkah Pemerintah Kota Balikpapan dalam memperbaiki kualitas permukiman warga terus berlanjut. Melalui Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim), program penataan kawasan kumuh bertajuk “Kota Kita” dipastikan tetap bergulir sepanjang tahun 2025.
Kepala Disperkim Balikpapan, Rafiuddin, menegaskan bahwa program ini bukan sekadar proyek tahunan, melainkan bagian dari komitmen jangka panjang pemerintah untuk menghadirkan lingkungan hunian yang layak dan sehat.
“Penanganan kawasan kumuh tidak bisa dilakukan sendiri. Karena itu, kami libatkan berbagai elemen, mulai dari perangkat kecamatan hingga perusahaan melalui CSR,” ujar Rafiuddin, Selasa (8/7/2025).
Ia menjelaskan, dana program sebagian bersumber dari APBD yang kemudian dialokasikan ke kecamatan. Dana ini digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif lokal dalam mencegah dan mengatasi permasalahan lingkungan kumuh.
Selain itu, Disperkim juga aktif menggandeng sektor swasta agar terlibat langsung dalam pembenahan permukiman. Menurut Rafiuddin, kerja sama ini penting agar solusi yang dihadirkan benar-benar menyentuh kebutuhan warga di lapangan.
“CSR perusahaan kami dorong untuk turun langsung. Karena mengatasi kawasan kumuh adalah tanggung jawab kolektif,” tambahnya.
Saat ini, Pemkot masih melakukan pemetaan wilayah prioritas untuk pelaksanaan program. Meski belum diumumkan daerah mana saja yang akan digarap, Rafiuddin memastikan progres akan terus berjalan sepanjang tahun.
“Untuk lokasi spesifik, kami masih menunggu data final. Tapi prinsipnya, tidak ada yang terabaikan,” tegasnya.
Program “Kota Kita” mencakup sejumlah kegiatan teknis seperti pembangunan saluran drainase, pengolahan limbah, penyediaan air bersih, hingga perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan lingkungan dan proteksi kebakaran.
Tak ketinggalan, pembangunan reservoir, instalasi pengolahan air (water treatment), dan pengadaan perlengkapan seperti tandon, selang, hingga mesin penyaring air turut masuk dalam agenda.
“Jadi ada tantangannya masing-masing, karena setiap kawasan berbeda-beda. Maka pendekatan yang kami lakukan juga berbasis indikator dan kondisi setempat,” pungkasnya.(*/adv)