Maraknya Kasus Anak Cuci Darah, Berikut Tips Antisipasi ala Kadinkes Balikpapan

0
60

Teks: Kepala DKK Balikpapan, Alwiati.

Balikpapan, penasatu.com – Fenomena ramainya anak-anak yang menjalani prosedur cuci darah dalam beberapa waktu belakangan ini ramai menjadi perbicangan. Seperti yang diwartakan, hingga saat ini, ada sekitar 60 pasien anak yang menjalani prosedur cuci darah di RSCM Jakarta.

Atas kejadian tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati pun angkat bicara. Ia pun mengimbau agar masyarakat melakukan pola asuh yang sehat sejak dini kepada buah hatinya.

“Jadi memang pola asuh yang paling penting dan jangan diberikan/diperbolehkan meminum minuman kemasan kepada anak,” tegas Alwiati saat dimintai tanggapan media melalui via Whatsapp, Senin (29/7/2024).

Sebagai antisipasi, Alwiati meminta konsentrasi orang tua agar menjaga asupan gizi yang tepat kepada anak-anaknya. Supaya, kata dia, tidak memberikan makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet atau pemanis berlebihan.

“Perhatikan kandungan gulanya dan kandungan kimianya jika ingin memberikan minuman kemasan,” pintanya.

Ia melanjutkan, Balikpapan kini telah mencanangkan sebagai Kota yang “Hidup Manis tanpa Gula”. Dengan demikian, seluruh masyarakat diajak untuk menerapkan mengurangi konsumsi gula, agar dapat menjalani hidup lebih sehat dan bebas dari berbagai penyakit.

“Mari kita menurunkan angka prediabetes dan diabetes, supaya produktifitas masyarakat di Kota kita menjadi lebih baik,” ucapnya.

Menurutnya, penyebab terjadinya cuci darah diakibatkan dari pola asuh yang salah, di mana sang ibu tidak memberikan minuman dan gizi secara tepat kepada putra-putrinya. Alih-alih air putih yang menyehatkan, si anak malah diberikan minuman kemasan bahkan yang bersoda.

“Kalau bertahun-tahun mengkonsumsi minuman kemasan, ya jelaslah pemicunya. Itulah yang menyebabkan kegagalan ginjal si anak,” ujarnya.

Di sisi lain, ramainya jajanan pinggir jalan hingga kafe beredar di Kota Balikpapan yang menawarkan sajian manis bukanlah alasan membuat seseorang tidak mampu menjaga pola hidupnya. Bagi Alwiati, semua hal tersebut kembali lagi berdasarkan kesadaran masyarakat masing-masing.

“Yang penting itu, kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi minuman dan makanan yang mengandung gula secara berlebihan,” tutupnya.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here