foto, Sri salah satu pengrajin Tahu Tempe bersama Imam Sekertaris Primkopti Balikpapan.
Balikpapan, Penasatu.com – Polemik harga kedelai internasional yang melambung membuat produsen atau pengrajin tahu tempe mengambil langkah-langkah bijak.
Meski mendengar produsen tahu tempe di daerah lain akan melakukan mogok produksi, di Sentra Industri Kecil Somber (SIKS) Balikpapan pengrajin tahu tempe memilih tetap bertahan berproduksi meskipun keuntungan yang diperoleh sedikit.
Pengrajin tahu tempe Sri menyampaikan, Harga kedelai melojak dari Rp 10.700 menjadi Rp 11.700, meskipun harga naik tetapi produsen tahu tempe tidak menaikan harga jual dipasaran.
“Di pasar banyak persaingan, jika menaikkan harga pelanggan tidak mau, karena pengrajin di luar komplek sini jualnya lebih murah,” ucapnya disela sela memproduksi tahu tempe di SIKS, Rabu (16/2/2022).
Sri menyebut membutuhkan kedelai kurang lebih 250 kg per hari untuk berproduksi. Melihat keadaan ekonomi dan persaingan di pasar lebih memilih untuk tidak menaikan harga tahu tempe.
” Berharap agar pemerintah memperhatikan keadaan pengrajin tahu tempe supaya harga kedelai tidak mengalami kenaikan terus,” harapnya.
Untuk harga jual tahu dipasaran bekisar di harga Rp 500-Rp 700 di per biji. Untuk tempe diharga Rp 1.500- Rp 5.000 perbiji.
Di temui di tempat terpisah Sekretaris Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Balikpapan Imam mengatakan, untuk kali pertama harga kedelai mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 12 Per Kilo Gram (Kg).
“Saat ini harganya sangat mencekek. Karena baru-baru ini harga kedelai hampir tembus 12.000 ribu per kg,” ujarnya.
Imam mengatakan, dampak kenaikan harga kedelai saat ini juga dihadapi oleh para pengrajin tempe dan tahu di SIKS Balikpapan. Ditengah harga kedelai yang melejit naik, pengrajin tahu tempe tidak berani menaikkan harga.
” Ini menjadi dilema pengrajin tahu tempe, apalagi pembelian dipasar lesu. Jadi kaya semacam buah simala kama, kita naikan malah gak laku. Tapi jika harganya tidak dinaikkan saat ini harga kedelai naik,” tambahnya.
Pihak Primkopti di tahap awal berupaya bagaimana caranya agar pengrajin tahu tempe tetap produksi meski keadaaan ekonomi seperti ini.
“Artinya biar pelanggan tidak lari dulu, jika pengrajin tahu tempe stop produksi, nanti pelanggannya diambil oleh pengrajin tahu tempe di luar SIKS,” ucapnya.
Wakil Ketua Primkopti Balikpapan Arifin menambahkan, persoalan kenaikan kedelai ini sudah terjadi dari dua tahun terakhir. Primkopti Balikpapan berupaya agar harga tetap stabil sehingga anggota tetap melakukan produksi.
” Sejak Pandemi Covid-19 awal dari harga Rp 7.500 hingga Rp 8000 ribu. Jadi tertinggi tahun kemarin 2021 harga kedelai Rp 11.200 dan setelah itu turun lagi Rp 10 500. Dan di awal tahun 2022 menembus Rp. 11.500,” ucapnya.
Arifin berharap pemerintah kedepannya ikut campur tangan menyikapi kenaikan harga kedelai ini. Mengingat banyaknya keluhan pengrajin tempe dan tahu yang berniat menghentikan produksi karena harga kedelai yang melambung.
“Primkopti berusaha meminilasirkan harga agar ini tidak terjadi pada anggotanya, meskipun tidak bisa memangkas 100 persen,” tutupnya.(*)