Sanah Fatina, Direktur BOPLBF (foto/fanpage.BOPLBF)
penasatu.com.Manggarai – Kunjungan wisata ke Wae Rebo menggunakan helicopter oleh satu keluarga ini ramai diperbincangkan di media sosial.
video tersebut diunggah oleh Firman Syah, fotografer tamu tersebut yang berdomisili di Labuan Bajo melalui akun Facebook pribadinya
Hingga patut diduga, kehebohan ini terjadi karnena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah ataupun pihak-pihak yang memiliki otoritas terhadap tempat wisata kampung adat Wae Rebo soal perizinan menggunakan Helikopter ke Wae Rebo untuk tujuan kunjungan wisata.
Menanggapi hal itu Direktur Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), Sanah Fatina (Selasa, 29/12/2020) kepada wartawan mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui atas kunjungan wisatawan yang trip memakai helikopter ke Wae Rebo itu
“Ga tau. Kami ga tau mereka itu siapa.”katanya.
Soal BOPLBF mengijinkan untuk berkunjung ke Wae Rebo pakai Helikopter dirinya mengakui bahwa belum tahu sama sekali dan tidak ada ijin masuk
“Tidak ada izin. Itu kan buat evakuasi. Dan, semestinya ditanyakan lagi kepada pihak Wae Rebonya. Saya juga nggak tahu,” tegasnya.
Sementara hal yang serupa juga di ungkapkan oleh Bidang Komunikasi Publik BOPLBF, Sisilia Jemana (29/12/2020) soal pengunjung yang menggunakan Helikopter ke Wae Rebo.
“Ngga ada. Kita nggak tahu. Kita juga baru tahu dari berita.
Yang pertama, saya mau meluruskan. Begini, landasan helikopter itu bukan BOPLBF yang membangun. Itu dibangun atas swadaya masyarakat sendiri dengan menggunakan papan.
Waktu itu untuk kebutuhan evakuasi, masyarakat yang mau. Itu setelah diskusi bersama dengan tua-tua adat setempat. Diskusinya bukan cuma dengan BOPLBF, namun dengan banyak pihak, ujarnya.
Jadi gini lanjud dia, tanggal 6 September itu kan wisata Wae Rebo itu dibuka oleh Gubernur kan? Ingat, jangan pernah lupa yang membuka itu adalah Gubernur.
Kemudian BOPLBF menindaklanjuti dengan mensuport penguatan CHSE di Wae Rebo. Dan kemudian pembangunan jalur evakuasi itu salah satu design untuk mempersiapkan masyarakatnya, salah satunya mempersiapkan CHSE juga disiapkan jalur evakuasi jika terjadi apa-apa.”Cetus Sisilia.
Dikatakan Sisilia, waktu itu sempat ada simulasi pendaratan. Setelah itu, kami kurang tau itu tamu datangnya darimana.
“Mereka menggunakan helikopter pribadi itu yah kami tidak tahu,” tegasnya.
Nah, ketentuannya untuk berwisata yah kami juga tidak tau. Itu lumayan unik yah, karena selama ini kita juga kalau kesana kan trekking. Itu ijinya di mana juga kami tidak tahu. Karena, kalau pun ada pendaratan di atas kan pasti lebih kepada keperluan-keperluan darurat begitukan. Itu bukan disiapkan untuk keperluan wisata. Itu disiapkan untuk keperluan darurat yang kira-kira membahayakan masyarakat setempat.
Intinya gini. Helipad itu judulnya sebagai jalur evakuasi. Kita sudah bisa tau dong fungsinya apa. Saya belum bisa bilang apa-apa, karena saya sendiri juga tidak tahu siapakah yang ada di situ. Yang jelas, tujuan utama pembangunan helipad itu adalah untuk jalur evakuasi. Bukan untuk tujuan yang lain-lain dan Saya rasa belum ada ijin-ijin seperti itu, Saya tidak tahu helikopter (wisata) bisa mendarat di sana bagaimana ceritanya.”Ujar Sisilia
Sisilia juga menjelaskan, BOPLBF akan menelusuri keberadaan heliopter tersebut
“Saya rasa dari pihak setempat, itu kan ada di Manggarai yah, mugkin perlu dicek juga, kemudian dikoordibasikan dengan pihak berwewenang di Labuan Bajo
Waktu itu lanjut dia, saat simulasi pendaratan di Wae Rebo bukan hanya BOPLBF sendiri, ada Dinas Pariwisata Manggarai sebagai pihak yang memang memilii otoritas atas destinasi Wae Rebo. Kemudian dengan pihak BNPB. Jadi, BOPLBF itu bukan pemilik wewenang seutuhnya atas terkait helikopter ini. Ini semua sistemnya kan koordinasi. Tidak semua ditanyakan kepada BOPLBF sendiri.
Kita nggak pernah duga kalau akan ada helikopter selain milik pemerintah untuk keadaan darurat.”Terang Sisilia
Laporan : Yhono Hande